Malem ini, eh bukan, pagi ini saya bermimpi tentang kamu. Tentang
senyum kamu. Tentang kita. Haha entah kenapa semua jadi lucu saat saya bangun
beberapa saat yang lalu sebelum menulis ini.
Ceritanya sih singkat. Sederhana. Nggak banyak kata ko.
Maklum tipe B kaya saya emang punya ingatan yang buruk, terlebih pada mimpi. Awal
yang saya ingat, saat itu sore hari menjelang malam. Di dekat toko swalayan.
Toko swalayan dekat SD saya dulu. Catnya masih sama putih. Saya membawa sepeda
saat itu. Entah sepeda siapa itu. Ada jok tambahan di atas roda belakang.
Mungkin untuk membonceng. Yang saya ingat kala itu saya sedang menunggu, 2
orang cowo yang salah satunya adalah Dede dan 2 orang cewe, yang salah satunya
kamu. Satu orang cowo lagi saya ga terlalu yakin siapa tapi rasa-rasanya itu
Fabian, karena saya juga ga yakin apa satu cewe lagi itu Mellisa atau Mona.
Haha ingatan yang buruk.
Di depan swalayan itu, kami berkumpul. Ya ada kamu. Entah
apa yang kami bicarakan. Telepon genggam saya berbunyi, teman rumah mengajak
futsal malam ini. Oh iya baru saya ingat kami akan menonton konser musik.
Tepatnya piano. Bertajuk konser 2 cahaya. Saya belum mengerti sih apa itu. Tapi
kamu begitu antusias ingin menonton itu. Lengkap dengan senyum kamu. Dan
seperti yang kita tahu saya belum mandi. Saya pergi mohon pamit dulu mau mandi
dan lain-lain. Sepeda saya titipkan ke mereka. Saya berlari. Entah ke mana
tujuan saya. Yang saya ingat saya pergi ke suatu toko. Ingin membeli sesuatu untuk
kamu terlebih dahulu. Entah boneka, karena tokonya penuh boneka. Entah bunga
karena wangi bunga begitu terasa di dalam toko tersebut. Ah ternyata saya tidak
punya uang. Haha ga di dunia nyata ga di alam mimpi sama saja bokek. Saya
melihat ada topi milik Chooper One Piece. Harganya Rp 200.000. Aduh pengen
sekali. Apa daya cuma bisa menandai saja. Saya pergi mandi. Entah di mana saya
mandi. Tapi saya rasa itu kamar mandi umum. Selesai saya hanya memaki handuk
yang menggulungi tubuh bagian bawah saya saja.
Saya tiba di toko swalayan tadi. Saya tidak melihat mereka.
Sepertinya sudah bergerak ke tempat lain. Saya tanya satpam berpakaian putih
seputih cat toko swalayan itu. Ia berkata jika mereka memang sudah pergi dari
tadi. Ya saya kira konser tadi udah dimulai. Saya pun jadi ingat tentang futsal
bersama teman rumah. Dengan hanya gulungan handuk dan dinginnya Bandung malam
hari, saya berlari ke arah tempat konser. Juga ke arah tempat futsal karena bersebelahan.
Sampai juga di tempat konser yang ternyata adalah sebuah dealer atau showroom
mobil yang dimodifikasi sedemikian rupa menjadi tempat konser piano yang ramai
pengunjung. Etalase mobil disulap menjadi bangku-bangku penonton. Sang maestro
piano sedang menarikan jari-jarinya di atas panggung di halaman depan yang luas.
Tepat di hadapan kaca-kaca etalase mobil yang kini menjadi berisi tempat duduk.
DI pinggir kaca aku melihat kamu dan Dede di sebelah kamu. Keinginan untuk
marah ke Dede hilang, saat saya melihat senyum kamu. Saya rasa kamu tersenyum
untuk menahan tawamu yang mungkin bakal terbahak-bahak melihat saya. Saya yang
setengah bugil, yang hanya ditutupi handuk saja. Saya mencoba masuk ke tempat
mu itu. Di pintu masuk, saya bertemu teman lama saat SMP dulu, Randy, kami
berbincang dulu sebentar. Saat saya masuk kamu melirik tetap dengan senyum
kamu. Saya pura-pura tidak melihat dan fokus ke Dede. Dede menanyakan saya dari
mana dan mau ke mana sambil menyerahkan pakaian saya. Saya jawab saya mau pakai
baju dulu dan terus makan. Dede pun mau ikut. Kamu tidak memberi respon apa-apa
sama seperti 2 teman saya yang lain. Kamu cuma tersenyum.
Fuh dan akhirnya saya terbangun. Senyum-senyum sendiri
mengingat mimpi itu. Ah senyum kamu itu membuat mimpi saya begitu indah. Saya berharap
mimpi itu tidak berakhir begitu saja. Kita belum mengobrol apapun di mimpi itu
sama seperti di dunia nyata ini. Saya berharap itu bukan mimpi. Saya ingin
suatu saat kita bisa seperti itu, bermain atau menonton konser bersama-sama.
Saya berharap mimpi itu jadi nyata. Meski mustahil haha. Ah senyummu itu. :’)