Jumat, 01 November 2013

Jumat, 25 Oktober 2013

Arah

Meski saya dapat membaca peta dan memahami kompas, saya tidak dapat melihat kemana arah kita.

Minggu, 29 September 2013

Kesaksian Dari Saya

Dia adalah teman saya. Dia adalah karib saya.
Sekitar 8 tahun yang lalu awal pertemanan kami. Entah siapa dia, tapi dia adalah kawan di kelas sekolah menengah teknik saya. Duduk satu kelas hingga satu meja. Berdiskusi dari masalah electronic controller hingga virus mikrokontroler iseng buatan sendiri. Berbicara mengenai kitab-kitab di mesjid hingga komik doraemon sekalipun. Bertukar ide dari global issue hingga masalah sendal yang tertukar saat jumatan. Obrolan mengenai Tuhan hingga hati. Dia adalah teman saya.
Bagi dia sekolah bukanlah tempat yang menarik untuk mencari ilmu. Tapi setiap orang yang terlibat di dalam sekolah sangat menarik perhatiaannya untuk mencari segala ilmu pengetahuan. Dari kepala sekolah yang labil hingga satpam yang senang mengambil untung dari siswa-siswa. Sekolah cuma ritual, baginya ilmu bisa didapat dari mana saja di alam raya ini. Bahkan ketika tidak ada yang menarik di kelas, dia melirik tempat nongkrong benama WJ hanya untuk sekedar bergurau atau berbincang hal yang mungkin orang lain bilang sepele. Atau saat dia menjadi wakil ketua organisasi keagamaan sekolah dibanding dengan rutinitas skepitisnya. Dia adalah teman saya yang memilih untuk peduli pada ketidakpedulian. Dia adalah karib saya.
Ketika hempasan gelombang ilmu pengetahuan menggugah apa  yang disebut ide untuk melawan, dia datang dengan anak-anak ilham yang menakjubkan. Bukan untuk pamer kepada dunia, tapi melawannya. Sejarah, filsafat, sastra dan seni begitu merasuk pada dirinya. Bahkan ketika Tuhan pun terlibat dalam setiap upayanya. Dia memberi saya arti dari cerah saat buta mungkin hampir menghinggapi. Dia yang memberi saya belati ketika saya mesti menusuk satu mata. Dia adalah teman saya.

Empat tahun dan mungkin lebih dari cukup ketika emosi yang meledak kini tahu kemana harus melangkah, karya. Lewat sentimen lagu rohani hingga jadi alunan palu dan sabit revolusi bergema. Lalu menjadi kakak dari sekian ratus adik-adik dari rahim ibu-ibu saudarinya. Hingga akhirnya jendelalah yang menjadikan dunia tampak jelas untuk dilawannya. Kritik, hegemoni atau hanya gegap yang ditahan hingga gempita sunyinya alam di Puncak Meong. Dia telah buktikan bahwa hal kecil akan menjadi besar ketika dimulai. Dia adalah karib saya.

*untuk seorang teman

Minggu, 08 September 2013

Saya dan Organisasi

Tulisan ini terinspirasi dari mini-blog seseorang yang kemarin malam berkicau mengenai organisasi yang diikutinya saat di kampus. Saat membaca tulisannya tersebut entah mengapa menjadi flashback tersendiri teringat tentang yang pernah saya alami dulu. Momen yang pas juga ketika saat ini saya pun diharuskan membuat daftar riwayat hidup (DRH) untuk pemberkasan CPNS saya. Dalam DRH tersebut terdapat poin pengalaman organisasi, yang menurut tafsir saya tidak termasuk kepanitiaan, terutama yang pernah menjadi pengurus di dalamnya.

Selasa, 11 Juni 2013

Musik di Malam Random

Malam ini adalah malam yang sangat random. Entah mengapa. Playlist Winamp saya malam ini diisi oleh Sarasvati, YUI, One OK Rock dan Coldplay. Entah apa yang ada di pikiran saya saat menyusun playlist tersebut.
Lantunan musik Sarasvati benar-benar menghanyutkan saya pada misteri-misteri dibalik lirik dan nada-nada dibaliknya. Begitu mistis nada yang terlantun. Ini juga sebagai pelengkap dari buku Maddah karya Teh Risa yang baru saja saya baca. Jadi pengen nonton langsung perform live mereka.
YUI. Sebenarnya cuma ada 1 lagu yang ada di playlist malam ini. HELLO. HELLO adalah Original Soundtrack dari film Paradise Kiss. Kebetulan kemarin saya nonton film ini dan nonton film ini sungguh awkward moment sekali karena ada orang tua saya juga yang ikut nonton. Meski tidak terlalu ‘dewasa’ tapi tetap saja membuat awkward. Haha.
Kemudian ada One OK Rock. Saya mulai jatuh cinta dengan band asal Jepang ini. Terlebih setelah mendengar lagu The Beginning yang lagi-lagi merupakan Original Soundtrack dari sebuah film Jepang, Rurouni Kenshin. Ya film yang diangkat dari manga dan anime ini mengambil lagu The Beginning untuk menghiasi kehebatan film ini. Selain The Beginning, ada juga lagu Wherever You Are yang benar-benar menghanyutkan hati. Meski berbau cinta-cintaan tapi menurut saya lagu ini bukan untuk merayu atau menggombal tapi justru sebagai bentuk penghargaan kepada orang yang kita sayangi.
Terakhir, Coldplay. Ya saya suka band asal United Kingdom ini. Hampir di setiap playlist yang saya buat selalu ada Coldplay. Oleh karena itu, tak aneh lah jika saya masih memasukan beberapa lagu Coldplay.
Sebenarnya ada lagu yang baru saya download juga yang saya dengarkan mala mini. Alone At Last dengan lagu berjudul Cinta. Isi lagu ini begitu menyidir kalangan anak muda sekarang yang gampang galau karena cinta. Padahal banyak hal-hal yang lebih penting dan berarti dari terpuruk karena cinta.

Entah apa hubungan atau tema dari musisi yang saya dengarkan di atas. Tapi saya suka mendengar mereka semua malam ini. Mungkin benar juga musik bukan santapan hati tapi santapan telinga. Haha. Ngarang dari mana saya kata-kata itu.  

Cikuray Dalam Tiga Episode (Episode Tiga)


Babak ketiga  dari cerita Cikuray baru saja terjadi akhir minggu lalu. Awalnya Pri yang berinisiatif mengajak teman-teman eks-Papandayan untuk nanjak bareng lagi. Semula rencananya akan diikuti 8 orang tapi pada pelaksanaannya hanya 5 orang yang jadi ikut. Sebenarnya perjalanan kali ini bisa disebut kurang persiapan walau pada akhirnya banyak makanan akibat mundurnya 3 orang tadi. Pri, Putri dan Deni berangkat dari Jakarta sedangkan saya dan Mey berangkat dari Bandung menggunakan sepeda motor.

Senin, 10 Juni 2013

Cikuray Dalam Tiga Episode (Episode Dua)



Episode dua ini adalah kesempatan kedua saya untuk menjejaki tanah di gunung Cikuray. Kali ini saya berjalan bersama teman-teman SMK saya yang aktif berkegiatan di Rumah Belajar (Rubel) Cimahi. Tim ini terdiri dari saya, Helmy, Irvan, Fajar, Iso, Anu, Fahmi, Andhi, Emmy dan Boyen. Awalnya saya dan Helmy berinisiatif untuk kembali ke Cikuray pasca lebaran, tepatnya di awal September. Jodoh pun bersambut Fajar dan teman-teman di Rubel pun memiliki acara yang sama, maka kenapa tidak jika kami berbarengan berangkat ke Cikuray. Irvan yang merupakan teman SMK satu jurusan berlainan kelas mendengar kabar rencana kami dan dia meminta untuk ikut. Saya iyakan saja padahal kapasitas tenda yang kami bawa kurang mencukupi untuk 9 orang dan ini ditambah 1 orang lagi.

Cikuray Dalam Tiga Episode (Episode Satu)


Gunung Cikuray dari Puncak 2 Gunung Guntur
Cikuray. Sebuah nama gunung yang terletak di Garut, Jawa Barat. Dengan titik elevasi di angka 2.818 meter dari permukaan laut, menjadikan gunung ini tertinggi nomor empat di dataran Jawa Barat. Gunung ini memiliki beberapa jalur dari kaki bukit untuk menuju puncaknya, tapi yang paling terkenal adalah 3 jalur utama: Dayeuhmanggung, Cikajang dan Bayongbong. Jalur Dayeuhmanggung adalah jalur yang paling banyak dilalui oleh pendaki karena lebih landai dan memiliki pemandangan yang indah. Dibanding jalur Dayeuhmanggung, jalur Cikajang dan Bayongbong memiliki tingkat keterjalan yang cukup menyulitkan.
Dari tiga kali kesempatan mengunjungi gunung ini, saya menapaki perjalanan melalui Dayeuhmanggung. Di kesempatan ketiga (8-9 Juni 2013) sebenarnya saya ingin mencoba jalur Cikajang akan tetapi pesona perkebunan teh di jalur Dayeuhmanggung sungguh memikat. Tapi pada kesempatan ini tambahan tantangan yang memacu adrenalin saya hadirkan bagi diri saya dan kawan seperjalanan, Mey, yaitu mengendarai sepeda motor dari Bandung menuju Pemancar, yang merupakan titik awal pendakian. Bagaimana tidak menjadi berupa tantangan? Jupiter MX milik Mey dipaksa untuk akrab dengan gigi-1 dari gerbang Perkebunan Teh Dayeuhmanggung sampai pemancar. Jalan yang rusak berkelok-kelok dan menanjak dengan selingan turunan tajam sungguh membuat badan pegal.
Sebenarnya saya ingin bercerita secara kronologis hanya saja ingatan saya begitu buruk untuk dituangkan menjadi semacam bentuk tulisan. Saya pun menyadari betul tingkat kemalasan saya untuk menulis pun belakangan sangat tinggi. Oleh karena itu, mumpung ada perjalanan yang bisa saya ceritakan saya akan coba bercerita mengenai perjalanan saya ke gunung cikuray dalam tiga kesempatan.

Rabu, 08 Mei 2013

Timbul dan (Kebanyakan) Tenggelam


Entah berapa lama saya timbul dan (kebanyakan) tenggelam di dunia maya. Facebook yang sesekali menampilkan foto atau update buku yang saya baca di Goodreads, jarang saya sambangi. Kicauan yang tidak pernah merdu bahkan hampir benar-benar serak tak pernah terlontar lagi lewat Twitter. Blog saya pun ikut terkubur tanpa ada pos-pos baru (bahkan saya terhitung jarang membuat tulisan baru). Bosan saya dengan dunia maya.
Kemudian beberapa teman mungkin bertanya (jika sempat itupun) kemana saya.  Sebenarnya saya tidak kemana-kemana. Ada. Kadangkala (meski tak sering) ikut memperhatikan laku dari teman-teman.  Beberapa kali terdampar di daratan asing yang baru pertama kali terinjak dalam sebuah petualangan singkat baik dalam atau antar kota. Sisanya, saya hanya mondar-mandir di sekitaran rumah. Tidak produktif. Atau mungkin membaca beberapa buah buku (dan e-book) dapat dikatakan salah satu (-satunya) tindakan produktif yang saya lakukan.
Ada keinginan untuk tidak melakukan hal yang itu-itu saja. Bosan. Sama seperti dulu, sekarang pun demikian, bosan. Sama bosannya dengan tayangan infotaiment di televisi yang selalu menyuguhkan hal macam eyang-eyangan. Tapi entah kemana daya kreatifitas untuk mendobrak kebosanan tersebut hilang. Beberapa hari (mungkin juga minggu) ke belakang, saya terus mencari obat dari kebosanan ini. Bukan obat seperti goyang-goyang girlband-girlband Korea (atau imitasinya di Indonesia) yang mengobati sedikitnya dayu-dayu dari musik melayu yang digawangi ST12, Wali, dan kawan-kawan. Obat demikian hanya menyembuhkan sesaat dan ketika terus-menerus dicekoki maka akan sama seperti penyakit yang disembuhkannya. Saya butuh obat yang benar-benar racun yang bisa mematikan semua kebosanan yang ada. Obat yang tidak akan membunuh semua kegiatan yang ada tapi memberi rasa baru di setiap aktifitas saya. Obat bernama kreasi dan inovasi.
Bekerja. Kata orang bekerja sedikitnya dapat memancing daya kreatifitas seseorang. Tapi justru kegiatan bekerja ini yang saya hindari. Bukan apa-apa. Ketika saya terjebak pada rutinitas 8-17 kembali saya akan merasa semakin bosan dan terkekang. Hingga kini saya memilih untuk tidak menjadi buruh di manapun. Meskipun di akhir tahun lalu saya sempat merasakannya itu hanya untuk memberi prespektif yang baik bagi sekitar saya. Ditambah tambahan dana segar yang mengalir dapat saya belanjakan untuk aset minat saya dan tabungan untuk masa pengangguran seperti sekarang.
Entah beruntung atau tidak. Selepas 3 bulan mengabdi di sebuah perusahaan untuk sebuah proyek, saya mendapati rutinitas baru yakni bolak-balik ke rumah sakit. Bayi yang baru lahir 1 bulan dari saudara sepupu saya kedapatan memiliki gumpalan cairan di otak. Ya saya bolak-balik untuk mengantar ibu saya yang ingin menjenguk (hampir setiap hari). Alhasil setelah 1 bulan, bayi tersebut keluar dari rumah sakit.
Dari mulai saya berhenti menjadi buruh, saya memulai untuk kembali beraktifitas membaca buku. Ya memang bukan buku ilmu pengetahuan, melainkan buku novel. Tapi saya cukup senang. Agak tersita waktu saya dengan hampir setiap hari melahap kata demi kata, halaman demi halaman, dan buku demi buku. Ada ketertarikan untuk mulai membaca buku ilmu pengetahuan terutama masalah ekonomi (mungkin karena sekarang saya sudah mulai merasa bidang tersebut adalah major saya entah kini atau kelak). Hanya saja, kini saya masih lebih cenderung membaca novel. Di samping hal teresebut, saya juga sekarang sedang agak mengikuti ilmu-ilmu di bidang properti. Saya rasa menjadi agen bebas properti cukup menjanjikan.
Band? Band saya sementara ini masih vakum. Entah terlalu sering vakum mungkin menjadi terlalu biasa. Tidak ada yang bisa saya ceritakan lagi.
Selama tahun 2013 saya sudah menapaki 3 buah gunung (sampai tulisan ini dibuat), yaitu Papandayan dan Guntur di Garut serta Gede di Cianjur. Tentu ini pun akan menjadi hutang tulisan catatan perjalanan saya di blog ini. Sementara catatan perjalanan tahun lalu pun belum sempat saya bereskan.
Mungkin sebegitu saja yang dapat saya tuliskan. Nanti saya sambung lagi jika ada kesempatan.

N.B: Saya juga lagi seneng film Jepang lagi.

Selasa, 07 Mei 2013

Last Chapter


So I look in your direction,
But you pay me no attention, do you?
I know you don't listen to me.
'cause you say you see straight through me, don't you?

And on and on from the moment I wake,
To the moment I sleep,
I'll be there by your side, Just you try and stop me,
I'll be waiting in line, Just to see if you care.

So I look in your direction,
But you pay me no attention,
And you know how much I need you,
But you never even see me.

- Shiver, by Coldplay

Hari ini 24 Desember dan esok tepat 6 bulan yang lalu terakhir kita bertemu. Aku sekarang duduk di atas sebuah sofa kecil di sebuah ruangan yang tidak begitu besar. Ruangan yang aku sebut dengan istilah apartemen. Mungkin lebih cocok disebut flat saja tapi ku rasa ukurannya lebih besar dari sekedar flat  biasa. Bahkan wallpaper  di dinding sudah tampak memudar menjadi coklat dari yang asalnya aku yakin berwarna merah. Di tanganku, aku memegang dan menatap hadiah pertama sekaligus kenang-kenangan terakhir yang kamu berikan padaku, sebuah foto kita berdua di malam inagurasi putih-abu kita. Ya malam yang esok akan genap berumur 6 bulan. Dalam foto itu, dirimu tersenyum di samping kanan bahuku. Mungkin hanya sedikit yang akan mengatakan kamu cantik di malam itu karena dibanding anak-anak perempuan lain di SMA kita kamu tidak begitu populer. Tapi sesungguhnya kamu begitu menawan dengan balutan gaun putih sederhana yang kamu kenakan.

Senin, 21 Januari 2013

Saya, Langit dan Malam

Minggu, 20 Januari 2013

Saya suka mengamati langit. Khususnya pada malam hari. Dari semenjak kecil saya suka sekali menatap ke atas. Menengadahkan kepala saya ke arah atas. Melihat sesuatu yang tidak terbatas. Infinity. Perasaan yang maha luas dapat saya rasakan. Begitu bebas dan menenangkan. Bukan cuma cemerlangnya bulan, kilauan bintang atau misteriusnya gerhana, tapi langit malam begitu memukau saya meski hanya dengan gelapnya saja.
Sewaktu saya masih kecil. Rumah saya tidak berbentuk seperti sekarang. Masih terdapat pagar dari tembok yang mengelilingi rumah yang sekarang tergantikan oleh kios-kios yang disewakan. Saya sering sekali keluar rumah di malam hari dan menaiki pagar tembok tersebut. Menatap lama bulan apalagi ketika purnama. Mengagumi bintang-bintang yang terhampar luas. Kadang saya hanya berada di halaman rumah saja menatap ke arah timur karena di sanalah bagian langit terluas yang dapat saya lihat dari sana. Ketika dulu di kota saya, Bandung, sangatlah mudah melihat banyak bintang bertebaran di angkasa. Saat itu polusi cahaya masih sedikit dan sedikit pula bangunan yang menjulang lebih dari 2 lantai. 
Beranjak ke tingkat sekolah menengah, rumah yang saya tinggali mengalami perubahan besar. Kios-kios sewaan mulai berdiri menggantikan pagar tembok di rumah. Bangunan tua di belakang yang sering digunakan untuk menjemur pakaian sudah digantikan kamar-kamar kontrakan. Tetangga samping kiri-kanan-belakang mulai membangun rumahnya dengan ketinggian yang lumayan. Beruntung, di atas kamar-kamar kontrakan tersebut masih berupa bekas coran yang belum dibangun apapun di atasnya. Saya pindah ke tempat ini untuk mengamati langit malam. Sayangnya pada masa-masa ini, suasana langit sudah tidak seperti sekarang. Semakin jarang saya temui bintang-bintang yang berkerlip. Langit Bandung sudah mulai terlalu terang oleh temaram lampu kota. Saya sering ditemani gitar ungu (yang kini telah almarhum) saat saya berada di sana. Genjreng-genjreng tidak jelas atau cuma buat beberapa larik puisi yang pada akhirnya pun saya bakar di tempat itu.
Malam ini. Suasana langit yang jarang saya temui belakang dapat saya liat. Senja kali ini cukup menarik bagi saya. Pukul 18:00 WIB langit Kota Bandung masih terang benderang. Cuaca yang jarang saya liat mengingat dari awal tahun Bandung sering dilanda awan mendung atau hujan dari sore hingga malam. Beranjak ke malam hari setelah matahari benar-benar tenggelam. Bulan dengan fase masih setengah purnama ditemani Jupiter yang bersinar sangat terang mulai tampak terlihat mata telanjang. Ketika saya melihat ke sekeliling, saya baru menyadari jika lebih banyak bintang yang terlihat dari biasanya. Mengagumkan karya cipta Sang Khalik ini. Mungkin pemandangan ini masih kalah dibanding beberapa tahun yang lalu, tapi setidaknya mengobati kerinduan saya mengamati langit yang begitu menakjubkan.
Saya beritahu satu hal. Jika mempunyai waktu senggang di Bandung, cobalah sempatkan berkemah di kawasan Gunung Puntang. Anda akan mengerti mengapa Gunung Puntang menjadi salah satu spot favorit saya untuk melihat bintang.  

-------------

Senin, 21 Januari 2013

Menurut kalender astronomi yang saya dapat di tumblr malam nanti akan terjadi konjungsi antara bulan dan Jupiter. Konjungsi ini akan terjadi lagi di tahun 2026 nanti. Saya harap langit malam ini akan cerah sehingga saya dapat mengamatinya.

-------------

Minggu, 13 Januari 2013

Ignorance Is A Choice Too (?)


Entah kenapa belakangan ini saya agak sensitif mengenai masalah hati. Sedikit saja terusik membuat mood saya berputar-putar, naik-turun, dan labil. Ditambah beberapa teman saya sering menggoda saya. Benar-benar membuat saya malas untuk menanggapinya meski itu hanyalah gurauan. Kadang saya berpikir, masalah perasaan adalah masalah yang rentan sekali. Mudah sekali untuk dibuat high atau juga down. Mudah bahagia dan mudah juga terluka.
Sebenarnya saya tidak perlu sebuah alasan untuk membenarkan ketidakstabilan ini. Tapi jika saya harus menyebut satu, ya itu adalah saya tidak ingin melukai siapapun. Entah berapa alasan yang dibutuhkan teman-teman saya tersebut untuk mengerti jika gurauan mengenai hati memiliki takaran tersendiri. Dosis yang pas dan mungkin berbeda bagi beberapa orang (maybe I am one of them). Kelebihan dosis gurauan tesebut bisa mengakibatkan efek samping yang tidak bagus.
Nowadays, ignorance is a choice too. Ya mungkin itu yang mesti saya lakukan. Mengabaikan mereka dan menjalani hidup saya meski hanya kesenangan sendiri. I hope when I stop to give them my attention, they could understand what I mean. Saya juga manusia bisa terluka, dan maybe ada orang lain yang terluka juga di suatu tempat sana. Ketika terluka oleh gurauan, siapa yang bertanggung jawab?

Minggu, 06 Januari 2013

Sabun, 2 Ribu dan Bis Kota

Haha. Setelah sekian lama akhirnya saya bisa merasakan kembali yang namanya keberuntungan. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun saya bisa dapat hadiah. Hadiah uang tunai lagi. Meski cuma 2 ribu perak nilainya tapi bener-bener menyenangkan. Pas tadi siang saya mandi, eh ada sesuatu yang aneh di sabun mandi saya. Saya korek-korek dan tarik sesuatu seperti plastik dari dalam sabun. Jreng jreng... ternyata uang 2000 rupiah. Alhamdulillah. :D
Hari ini juga saya main ke toko buku di bilangan Jl Purnawarman. Spesialnya hari ini saya jalan-jalan ga pake motor, tapi pake bis Trans Metro Bandung koridor 2. Itung-itung nyobain bis baru dan mengenang jaman-jaman dulu. Walau agak cape karena harus dicampur jalan kaki yang agak lumayan tapi saya seneng. Great day lah pokonya hari ini :).

Menakjubkan Seperti Biasanya


Ini ada kali yang ke sekian saya menulis tentang kita. Emh mungkin lebih tepatnya tentang kamu, tidak ada saya, atau barangkali hanya sedikit. Banyak pertanyaan yang lalu lalang di pikiran saya tentang kamu, dimana kamu dan apa yang sedang kamu kerjakan. Tapi mungkin saya tidak berhak tahu mengenai semua itu. Lantas tak apalah jika saya mencoba mencuri sedikit ceritamu agar saya dapat menerka lebih dekat tentang semua jawaban pertanyaan tadi.
Hingga saat ini, saya merasa setengah langkah lebih mengenal sosok kamu. Benar seperti yang diduga sebelumnya, kamu benar-benar dapat untuk melengkapi saya. Meski ternyata perbedaan kita itu adalah hal yang tidak saya sukai. Kamu pintar dan punya wawasan luas. Hanya saja gaya mu sesungguhnya kurang saya sukai karena mirip para kaum ‘elitis’. Perbedaan karena saya tidak suka itu.
Kamu lebih suka menggunakan mata dan telingamu dibanding mulut atau tanganmu. Saya sejujurnya suka dengan cara demikian. Terlebih yang membuat saya lebih jatuh cinta pada sosokmu adalah ketepatan saat dan sesuatu yang dihasilkan mulut dan tanganmu. Hanya terkadang dirimu hanya terfokus pada satu hal saja. Emh bolehlah saya mengekor polahmu yang demikian.
Daya nalar atau mungkin lebih tepat kepekaan prediksimu memiliki 2 sisi yang berbeda bagi saya. Satu sisi ini mengagumkan dan sisi lainnya: saya tidak suka jika kamu benar. Jauh hari kamu sudah tahu jika kita dapat bersama itu berarti kita akan selalu saling menyakiti bukan? Tingkahmu yang selalu menjaga sesuatunya normal-normal saja sesungguhnya hanya pertahanan diri yang kamu lakukan agar kita tidak saling menyakiti. Dan saya baru menyadari itu barusan, beberapa menit yang lalu sebelum saya menulis ini. Ah saya tidak suka jika kamu benar.
Tapi, seperti biasanya kamu selalu menakjubkan hati saya.

Sabtu, 05 Januari 2013

Prolog 2013: Hidup Terus Berjalan


Sejujurnya saya malas untuk menulis. Sekedar bercerita tentang kebosanan hidup saya belakangan ini. Padahal ini sudah masuk ke tahun yang baru. Tahun yang akhirnya memiliki 4 angka berbeda setalah terakhir terjadi tahun 1987. Sedapatnya saya bisa membuat perbedaan pula di tahun ini. Tapi entah kenapa saya begitu malas untuk memulai perbedaan tersebut. Bukan karena saya berada di zona nyaman (bahkan saya sudah meninggalkannya sejak lama), mungkin karena saya belum menemukan hal baru yang bisa saya lakukan.
Malam tahun baru 2013, saya lalui dengan tidur. Tubuh saya masih menanggung rasa sakit akibat penyakit yang mampir di tubuh ini. Sebelumnya saya memeriksakan diri ke dokter di hari Minggu. Dokter belum dapat membuat kesimpulan, namun prediksinya saya terkena gejala tipes atau gejala DB. Sejak hari Sabtu, kepala saya pusing dan sakit. Demam tinggi tak kunjung turun pula. Ditambah badan saya yang mendadak pegal-pegal.
Kejutan di awal tahun belum usai. Ternyata tumbuh gigi geraham bungsu di rahang atas bagian kanan belakang. Karena sudah tidak ada tempat, gigi tersebut tumbuh dengan cara yang tidak sempurna. Setelah mencari informasi mengenai gigi yang satu ini, saya tahu jika ada kemungkinan gigi ini akan bikin masalah suatu saat nanti meski saat ini tidak terasa sakit.
Sebenarnya masih ada yang mengganjal di akhir tahun 2012 ini. Kegagalan berangkat ke gunung Papandayan ternyata berdampak keinginan hebat untuk segera naik gunung lagi. Di awal tahun 2013 ini, ingin saya segera merealisasikan keinginan saya tersebut. Karena selain hal tersebut, saya ingin menghancurkan kebosanan akan pekerjaan saya saat ini. Ditambah saya menyaksikan film 5cm yang berlokasi syuting di gunung Semeru, semakin membangkitkan hasrat saya. Bahkan terbesit suatu niatan untuk bereuni dengan para Rainbow Effect di gunung Lawu.
Ya saya menantikan berbagai peristiwa yang semoga akan selalu memberi warna dan perbedaan tersendiri bagi hidup saya.