Rabu, 08 Mei 2013

Timbul dan (Kebanyakan) Tenggelam


Entah berapa lama saya timbul dan (kebanyakan) tenggelam di dunia maya. Facebook yang sesekali menampilkan foto atau update buku yang saya baca di Goodreads, jarang saya sambangi. Kicauan yang tidak pernah merdu bahkan hampir benar-benar serak tak pernah terlontar lagi lewat Twitter. Blog saya pun ikut terkubur tanpa ada pos-pos baru (bahkan saya terhitung jarang membuat tulisan baru). Bosan saya dengan dunia maya.
Kemudian beberapa teman mungkin bertanya (jika sempat itupun) kemana saya.  Sebenarnya saya tidak kemana-kemana. Ada. Kadangkala (meski tak sering) ikut memperhatikan laku dari teman-teman.  Beberapa kali terdampar di daratan asing yang baru pertama kali terinjak dalam sebuah petualangan singkat baik dalam atau antar kota. Sisanya, saya hanya mondar-mandir di sekitaran rumah. Tidak produktif. Atau mungkin membaca beberapa buah buku (dan e-book) dapat dikatakan salah satu (-satunya) tindakan produktif yang saya lakukan.
Ada keinginan untuk tidak melakukan hal yang itu-itu saja. Bosan. Sama seperti dulu, sekarang pun demikian, bosan. Sama bosannya dengan tayangan infotaiment di televisi yang selalu menyuguhkan hal macam eyang-eyangan. Tapi entah kemana daya kreatifitas untuk mendobrak kebosanan tersebut hilang. Beberapa hari (mungkin juga minggu) ke belakang, saya terus mencari obat dari kebosanan ini. Bukan obat seperti goyang-goyang girlband-girlband Korea (atau imitasinya di Indonesia) yang mengobati sedikitnya dayu-dayu dari musik melayu yang digawangi ST12, Wali, dan kawan-kawan. Obat demikian hanya menyembuhkan sesaat dan ketika terus-menerus dicekoki maka akan sama seperti penyakit yang disembuhkannya. Saya butuh obat yang benar-benar racun yang bisa mematikan semua kebosanan yang ada. Obat yang tidak akan membunuh semua kegiatan yang ada tapi memberi rasa baru di setiap aktifitas saya. Obat bernama kreasi dan inovasi.
Bekerja. Kata orang bekerja sedikitnya dapat memancing daya kreatifitas seseorang. Tapi justru kegiatan bekerja ini yang saya hindari. Bukan apa-apa. Ketika saya terjebak pada rutinitas 8-17 kembali saya akan merasa semakin bosan dan terkekang. Hingga kini saya memilih untuk tidak menjadi buruh di manapun. Meskipun di akhir tahun lalu saya sempat merasakannya itu hanya untuk memberi prespektif yang baik bagi sekitar saya. Ditambah tambahan dana segar yang mengalir dapat saya belanjakan untuk aset minat saya dan tabungan untuk masa pengangguran seperti sekarang.
Entah beruntung atau tidak. Selepas 3 bulan mengabdi di sebuah perusahaan untuk sebuah proyek, saya mendapati rutinitas baru yakni bolak-balik ke rumah sakit. Bayi yang baru lahir 1 bulan dari saudara sepupu saya kedapatan memiliki gumpalan cairan di otak. Ya saya bolak-balik untuk mengantar ibu saya yang ingin menjenguk (hampir setiap hari). Alhasil setelah 1 bulan, bayi tersebut keluar dari rumah sakit.
Dari mulai saya berhenti menjadi buruh, saya memulai untuk kembali beraktifitas membaca buku. Ya memang bukan buku ilmu pengetahuan, melainkan buku novel. Tapi saya cukup senang. Agak tersita waktu saya dengan hampir setiap hari melahap kata demi kata, halaman demi halaman, dan buku demi buku. Ada ketertarikan untuk mulai membaca buku ilmu pengetahuan terutama masalah ekonomi (mungkin karena sekarang saya sudah mulai merasa bidang tersebut adalah major saya entah kini atau kelak). Hanya saja, kini saya masih lebih cenderung membaca novel. Di samping hal teresebut, saya juga sekarang sedang agak mengikuti ilmu-ilmu di bidang properti. Saya rasa menjadi agen bebas properti cukup menjanjikan.
Band? Band saya sementara ini masih vakum. Entah terlalu sering vakum mungkin menjadi terlalu biasa. Tidak ada yang bisa saya ceritakan lagi.
Selama tahun 2013 saya sudah menapaki 3 buah gunung (sampai tulisan ini dibuat), yaitu Papandayan dan Guntur di Garut serta Gede di Cianjur. Tentu ini pun akan menjadi hutang tulisan catatan perjalanan saya di blog ini. Sementara catatan perjalanan tahun lalu pun belum sempat saya bereskan.
Mungkin sebegitu saja yang dapat saya tuliskan. Nanti saya sambung lagi jika ada kesempatan.

N.B: Saya juga lagi seneng film Jepang lagi.

Selasa, 07 Mei 2013

Last Chapter


So I look in your direction,
But you pay me no attention, do you?
I know you don't listen to me.
'cause you say you see straight through me, don't you?

And on and on from the moment I wake,
To the moment I sleep,
I'll be there by your side, Just you try and stop me,
I'll be waiting in line, Just to see if you care.

So I look in your direction,
But you pay me no attention,
And you know how much I need you,
But you never even see me.

- Shiver, by Coldplay

Hari ini 24 Desember dan esok tepat 6 bulan yang lalu terakhir kita bertemu. Aku sekarang duduk di atas sebuah sofa kecil di sebuah ruangan yang tidak begitu besar. Ruangan yang aku sebut dengan istilah apartemen. Mungkin lebih cocok disebut flat saja tapi ku rasa ukurannya lebih besar dari sekedar flat  biasa. Bahkan wallpaper  di dinding sudah tampak memudar menjadi coklat dari yang asalnya aku yakin berwarna merah. Di tanganku, aku memegang dan menatap hadiah pertama sekaligus kenang-kenangan terakhir yang kamu berikan padaku, sebuah foto kita berdua di malam inagurasi putih-abu kita. Ya malam yang esok akan genap berumur 6 bulan. Dalam foto itu, dirimu tersenyum di samping kanan bahuku. Mungkin hanya sedikit yang akan mengatakan kamu cantik di malam itu karena dibanding anak-anak perempuan lain di SMA kita kamu tidak begitu populer. Tapi sesungguhnya kamu begitu menawan dengan balutan gaun putih sederhana yang kamu kenakan.