Senin, 14 Desember 2015

Menuliskan Kembali

Menulis adalah kegiatan yang saya sukai. Tapi terkadang saya malas untuk mulai mengambil pulpen dan buku tulis atau sekedar menarikan jemari di atas papan ketik komputer. Padahal banyak sekali hal-hal yang saya pikirkan yang sayang sekali jika tidak terdokumentasikan. Sejarah hidup saya ya seharusnya ditulis oleh tangan saya sendiri karena tidak ada emosi yang bisa mewakili diri saya melainkan diri saya sendiri, betul?

Adalah sekitar beberapa hari lalu, saya melihat sebuah pos di instagram seorang kawan mengenai sejarah hidup. Ya menggugah perasaan saya untuk coba menulis lagi. Malu rasanya ketika alamat blog ini saya namakan catatan hidup harian tapi tidak pernah ada pos-pos baru dari saya. Setidaknya ya catatan kecil seminggu sekali cukup untuk menghiasi blog ini. Bukankah pasti ada satu atau dua hal yang menarik terjadi di hidup saya dalam satu minggu?

Mari kita lupakan dari curahan perasaan sampai catatan perjalanan di blog ini. Abaikan semua cerita fiksi sampai puisi di blog ini. Kita menulis lagi. Menulis apa yang ada di pikiran. Semoga tetap berkelanjutan.

Sabtu, 11 Juli 2015

Catatan Kecil Hari Ke-25

Sudah hampir dua minggu saya tidak mengirim pesan pada kamu. Iya saya rindu. Entah kesibukan macam apa yang melenakan saya dari kamu. Segala tetek bengek pekerjaan sudah saya lalui, setiap malam pun saya memiliki waktu senggang, tapi entah kenapa saya begitu enggan untuk mengirim pesan singkat saja pada kamu. Mungkin saya terlalu malu. Saya malu mengakui perasaan rindu ini. Kamu tahu? Kamu itu enak tidak tahu beratnya rasa rindu.
Sudah hampir dekat dengan hari raya kamu, saya masih bingung apa bisa saya berikan. Mungkin hadiah sederhana seperti tahun lalu. Karena mungkin hadiah tahun ini akan menjadi hadiah terakhir dari saya, entah perasaan saya mengatakan demikian. Banyak kemungkinan pada diri kamu, pada diri saya dan pada diri kita. Saya tidak tahu kemungkinan mana yang bakal jadi kenyataan. Membayangkan yang terbaik tapi menyiapkan yang terburuk. Itu saya.
Saya dengar akhir-akhir ini kamu semakin gelisah. Entah karena kamu merasa kesepian atau sudah ada seseorang yang mengobati kesepian kamu itu, saya tidak tahu. Tapi jika hal terakhir yang terjadi, saya turut berbahagia. Kamu tahu hal yang membahagiakan itu apa? Yakni melihat seseorang yang kita sayangi berbahagia. Semoga kebahagiaan selalu menyertai langkahmu.

Terakhir, entah kenapa pertanyaan kamu waktu itu tentang naik gunung selalu ada di pikiran saya. Saya sungguh ingin mengajak kamu naik gunung. Berdiri di puncak kemudian berteriak sepuas kita. Melihat kebun penuh bunga edelweis seperti yang kamu inginkan. Tapi entah kapan saya bisa mewujudkan keinginan kamu itu atau barangkali orang lain yang akan melakukannya. Siapa saya atau orang lain, saya hampir tidak peduli. Saya hanya ingin melihat senyum kamu lagi walau sekali.

Senin, 27 April 2015

Sore Ini Dalam Lamunan

Ada sebuah mimpi atau mungkin cita-cita yang terkadang saya lamunkan. Seperti beberapa saat lalu, saya melamun membayangkan jika sore ini saya sedang duduk di teras, menyeruput kopi hitam kesukaan saya ditemani sebuah buku yang belum selesai dibaca. Tidak hanya itu semua, saya juga membayangkan ada sesosok wanita yang menemani saya di teras sore ini. Berharap kamulah orangnya. Iya kamu.
Mungkin buku yang menjadi kegemaran kita berdua akan menjadi bahan diskusi yang menarik di sore menjelang malam ini. Kata, kalimat bahkan bab per bab bisa kita diskusikan apa maknanya, apa maksudnya, atau pendapat kelebihan dan kekurangan isi dalamnya. Tapi itu akan menjadi suatu yang bisa kita lakukan setiap hari (saya hendak menulis hal yang biasa saja, tapi saya ingat ini sedang bersama kamu jadi tidak ada yang biasa saja, semua istimewa.
Saya membayangkan jika sore ini kita sedang berencana. Ya kita sedang merencanakan sebuah perjalanan. Pergi ke suatu tempat dalam jangka waktu tertentu. Seperti yang kamu ketahui saya suka sekali naik gunung dan kamu suka untuk mencicipi kuliner yang belum kamu coba. Pergi ke tempat baru yang belum pernah kita singgahi sungguh menjadi tantangan sendiri. Selain itu tentu mengasyikan dan terasa sangat istimewa jika itu bersama kamu. Sungguh.
Lamunan saya sore ini, di teras rumah kita (tentunya!) kita berbincang mengenai tempat yang akan kita kunjungi dalam perjalanan nanti. Kamu memegang pensil guna mencatat pada kertas di atas meja. Ada nama kota Bukittinggi di situ, lalu Rinjani dan Tiga Gili di Lombok. Kita tidak berdebat tapi lebih mengutarakan pengetahuan kita masing-masing tentang tempat-tempat tersebut. Ah menarik sekali lamunan saya ini.
Kemudian sepakatlah kita bahwa Rinjani dan Tiga Gili menjadi tujuan kita. Ditambah pula untuk transit di Surabaya dahulu sambil berburu kuliner. Tengah tahun ini, ya rencana tersebut kita rencanakan untuk direalisasi. Tak terasa gelap pun mulai turun. Jam pulang kerja sudah lewat. Saatnya saya sadar dari lamunan itu dan beranjak pulang ke kamar kosan.

Rabu, 08 April 2015

jatuh

Saya jatuh lagi. Sekian kali saya jatuh lagi pada orang yang sama. Bahkan kini setiap hari saya terjatuh pada dia. Entah kenapa bisa saya pun tidak mengerti. Padahal ada selang waktu yang memisahkan saya dan dia. Enam bulan saya hampir tidak pernah berkomunikasi. Banyak pertanyaan yang mengganjal tapi tidak pernah saya cari tahu apa jawabannya. Dan kini pertemuan sekian kalinya dia masih memesona hingga saya terjatuh. Meski dia begitu, saya tidak tahu harus berbuat apa. Keberanian yang sirna begitu saja jika mendekat dengan dia. Saya masih seperti dulu. Tidak berubah. Bahkan perasaan saya.

Cinta itu lebih dahsyat rasanya ketika masih rahasia.