Senin, 27 April 2015

Sore Ini Dalam Lamunan

Ada sebuah mimpi atau mungkin cita-cita yang terkadang saya lamunkan. Seperti beberapa saat lalu, saya melamun membayangkan jika sore ini saya sedang duduk di teras, menyeruput kopi hitam kesukaan saya ditemani sebuah buku yang belum selesai dibaca. Tidak hanya itu semua, saya juga membayangkan ada sesosok wanita yang menemani saya di teras sore ini. Berharap kamulah orangnya. Iya kamu.
Mungkin buku yang menjadi kegemaran kita berdua akan menjadi bahan diskusi yang menarik di sore menjelang malam ini. Kata, kalimat bahkan bab per bab bisa kita diskusikan apa maknanya, apa maksudnya, atau pendapat kelebihan dan kekurangan isi dalamnya. Tapi itu akan menjadi suatu yang bisa kita lakukan setiap hari (saya hendak menulis hal yang biasa saja, tapi saya ingat ini sedang bersama kamu jadi tidak ada yang biasa saja, semua istimewa.
Saya membayangkan jika sore ini kita sedang berencana. Ya kita sedang merencanakan sebuah perjalanan. Pergi ke suatu tempat dalam jangka waktu tertentu. Seperti yang kamu ketahui saya suka sekali naik gunung dan kamu suka untuk mencicipi kuliner yang belum kamu coba. Pergi ke tempat baru yang belum pernah kita singgahi sungguh menjadi tantangan sendiri. Selain itu tentu mengasyikan dan terasa sangat istimewa jika itu bersama kamu. Sungguh.
Lamunan saya sore ini, di teras rumah kita (tentunya!) kita berbincang mengenai tempat yang akan kita kunjungi dalam perjalanan nanti. Kamu memegang pensil guna mencatat pada kertas di atas meja. Ada nama kota Bukittinggi di situ, lalu Rinjani dan Tiga Gili di Lombok. Kita tidak berdebat tapi lebih mengutarakan pengetahuan kita masing-masing tentang tempat-tempat tersebut. Ah menarik sekali lamunan saya ini.
Kemudian sepakatlah kita bahwa Rinjani dan Tiga Gili menjadi tujuan kita. Ditambah pula untuk transit di Surabaya dahulu sambil berburu kuliner. Tengah tahun ini, ya rencana tersebut kita rencanakan untuk direalisasi. Tak terasa gelap pun mulai turun. Jam pulang kerja sudah lewat. Saatnya saya sadar dari lamunan itu dan beranjak pulang ke kamar kosan.

Rabu, 08 April 2015

jatuh

Saya jatuh lagi. Sekian kali saya jatuh lagi pada orang yang sama. Bahkan kini setiap hari saya terjatuh pada dia. Entah kenapa bisa saya pun tidak mengerti. Padahal ada selang waktu yang memisahkan saya dan dia. Enam bulan saya hampir tidak pernah berkomunikasi. Banyak pertanyaan yang mengganjal tapi tidak pernah saya cari tahu apa jawabannya. Dan kini pertemuan sekian kalinya dia masih memesona hingga saya terjatuh. Meski dia begitu, saya tidak tahu harus berbuat apa. Keberanian yang sirna begitu saja jika mendekat dengan dia. Saya masih seperti dulu. Tidak berubah. Bahkan perasaan saya.

Cinta itu lebih dahsyat rasanya ketika masih rahasia.