Sudah hampir dua minggu saya
tidak mengirim pesan pada kamu. Iya saya rindu. Entah kesibukan macam apa yang
melenakan saya dari kamu. Segala tetek bengek pekerjaan sudah saya lalui,
setiap malam pun saya memiliki waktu senggang, tapi entah kenapa saya begitu
enggan untuk mengirim pesan singkat saja pada kamu. Mungkin saya terlalu malu.
Saya malu mengakui perasaan rindu ini. Kamu tahu? Kamu itu enak tidak tahu
beratnya rasa rindu.
Sudah hampir dekat dengan hari
raya kamu, saya masih bingung apa bisa saya berikan. Mungkin hadiah sederhana
seperti tahun lalu. Karena mungkin hadiah tahun ini akan menjadi hadiah
terakhir dari saya, entah perasaan saya mengatakan demikian. Banyak kemungkinan
pada diri kamu, pada diri saya dan pada diri kita. Saya tidak tahu kemungkinan
mana yang bakal jadi kenyataan. Membayangkan yang terbaik tapi menyiapkan yang
terburuk. Itu saya.
Saya dengar akhir-akhir ini kamu
semakin gelisah. Entah karena kamu merasa kesepian atau sudah ada seseorang
yang mengobati kesepian kamu itu, saya tidak tahu. Tapi jika hal terakhir yang
terjadi, saya turut berbahagia. Kamu tahu hal yang membahagiakan itu apa? Yakni
melihat seseorang yang kita sayangi berbahagia. Semoga kebahagiaan selalu
menyertai langkahmu.
Terakhir, entah kenapa pertanyaan
kamu waktu itu tentang naik gunung selalu ada di pikiran saya. Saya sungguh
ingin mengajak kamu naik gunung. Berdiri di puncak kemudian berteriak sepuas
kita. Melihat kebun penuh bunga edelweis seperti yang kamu inginkan. Tapi entah
kapan saya bisa mewujudkan keinginan kamu itu atau barangkali orang lain yang
akan melakukannya. Siapa saya atau orang lain, saya hampir tidak peduli. Saya
hanya ingin melihat senyum kamu lagi walau sekali.