Selasa, 07 Agustus 2012

Cerita dari Burangrang [Part 1]


Setelah gagal untuk bersepakat menggelar hajatan tahun baru 2012 di gunung Mangalayang, teman saya, Yuniar aka Jrx mengajak saya mendaki gunung Burangrang. Ya saya sangat antusias, mengingat resolusi tahun 2012 ini saya ingin sekali mendaki gunung dan harus tercapai meski cuma 1 kali juga. Akhirnya saya ajak teman-teman ea32 melalui grup facebook yang sepi itu. Dapat respon juga meski sedikit yg intinya tetep ogah-ogah buat kumpul naik gunung. Alasan klasik pasti yg ikut dikit jadi males buat ikutan. Pada akhirnya hanya 4 anak yg bersepakat untuk mengeksekusi niat naik gunung ini.
Adalah saya, Yuniar, Helmy dan Munawar yang akhirnya berangkat pada tanggal 28 Januari 2012.
Sekilas tentang Burangrang. Burangrang adalah sebuah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta. Gunung ini merupakan pecahan dari gunung Sunda Purba yang kini telah tiada dan memiliki ketinggian sekitar 2015 mdpl. Salah satu jalur, dan yang kami gunakan juga, adalah melalui jalur Komando di Cisarua. Di gunung ini tidak ada sumber air sehingga bagi pendaki harus mempersiapkan persediaan air sendiri secukupnya. Sumber air terakhir ditemui ialah di Toren Biru, dekat pos penjaga Kopassus. Sepanjang pendakian, banyak pepohonan yg di kiri kanan jalan sehingga teduh. Ada beberapa shelter di rute nya yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda atau sekedar beristirahat. Sebelum mencapai puncak, kita akan menemui puncak bayangan yang lumayan luas untuk berkemah. Puncak sendiri ditandai dengan sebuat tugu penanda berwarna putih.
Kembali ke cerita perjalanan saya, Jumat siang sebelum pendakian Yuniar datang ke rumah mengajak untuk survei ke kaki gunung terlebih dahulu di pos Kopassus (jalur Komando). Berangkatlah kami ke kawasan Cisarua tersebut. Jalan yang dilalui motor kami  di jalanan Komando sangatlah jelek. Ban motor hampir tergelincir beberapa kali. Lumayan jauh jarak yg dilalui dari depan gerbang Komando hingga pos Kopassus tersebut. Di pos Kopassus ada 2 orang yang sedang berjaga, 1 orang adalah seorang tentara dan 1 orang lainnya adalah orang sipil biasa. Tampak juga beberapa anggota pencinta alam lalu lalang yang sedang melakukan kegiatan di sekitar Situ Lembang. Setelah berbincang-bincang dengan 2 orang di pos penjaga tersebut kami pun pulang. Tapi sebelum pulang ke rumah kami mampir dulu ke daerah Gegerkalong untuk menyewa tenda dan beberapa alat lain. Sampai di Zankar (tempat penyewaan alat-alat outdoor) kami berbincang lagi dengan penjaganya. Karena belum fix alat-alat apa saja yang mau kami sewa, kami hanya membawa brosur kecil berisi daftar barang dan harga dan kami pun pulang.
Malam sebelum pendakian, Munawar datang ke rumah. Helmy tidak bisa datang karena dia harus siap-siap untuk besok pergi dan rumahnya di sekitar Kopo Ketapang lumayan jauh. Kami berkumpul untuk briefing dan persiapan alat-alat. Dipandu oleh Yuniar kami melist barang-barang dan membaginya ke masing-masing anak. Peralatan seperti tenda dan sleeping bag kami sewa dan pagi-pagi sekali saya dan Munawar harus mengambilnya di Zankar. Peralatan masak dan makanan kami bawa sendiri-sendiri. Karena sudah cukup, Munawar dan Yuniar pun pamit pulang untuk bersiap-siap pula untuk esok hari. Kami pun bersepakat berkumpul di gerbang Komando jam 9 esok hari.
Pagi-pagi sekali Munawar datang ke rumah, dengan Shogun 125-nya kami pergi ke Gegerkalong untuk mengambil peralatan yg kami sewa. Sebelumnya, saya sudah sms pemilik Zankar di malam sebelumnya. Peralatan pun kami angkut, ditambah membeli 1 kotak parafin untuk keperluan bahan bakar kami. Lalu kami pulang ke rumah saya, saya mandi dan mengambil tas kemudian lanjut ke rumah Munawar yg jaraknya tidak terlalu jauh. Setelah menyimpan motor dan mengambil keril Munawar, kami pun menunggu Helmy di pinggir jalan. Beberapa saat kemudian Helmy pun tiba, sekitar pukul 8.30 kami pun langsung naik angkot sampai ke Pasar Atas Cimahi. Dari Pasar Atas Cimahi kami ganti angkot dengan angkot Cimahi-Cisarua dan turun di depan Gerbang Komando. Sampai di sana Yuniar belum tampak batang hidungnya padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul 9.30.
Lapar karena belum sarapan, saya akhirnya mencari roti untuk ganjal perut dan juga sekalian beli air mineral yang sebenernya akan dimanfaatkan botolnya saja untuk menampung bahan bakar kami. Saya mampir ke Alfamart depan Gerbang Komando, setelah tamat makan roti dan air minum berhasil dikuras kami bertiga, saya bergegas membeli bahan bakar berupa solar di pedagang eceran dekat pangkalan ojek. Sebenarnya bahan bakar ini tidak terlalu bergini nantinya,karena di antara kami tidak ada yang tahu cara membuat api di alam terbuka. Selang beberapa saat sekitar pukul 10.00 lebih, Yuniar pun tiba dengan tas gendong untuk kuliahnya ditambah sleeping bag yang menggantung. Celana pendek dan sepatu skate menghiasi kakinya. Lebih parah dia lupa bawa jaket dan jas hujan. Bulan Januari curah hujan sedang cukup tinggi.

Tak banyak bicara lagi, kami berempat langsung berjalan ke arah Pos Kopassus. Belum berapa lama nafas kami udah hah-heh-hoh lagi. Maklum pendaki pemula :D, padahal masih di jalan beraspal nan jelek dan masih seputaran rumah warga. Kami berjalan memotong melalui rumah warga. Sampai batas akhir bertemu jalan aspal jelek lagi kami berisitrahat. Pos Kopassus tampaknya masi jauh. Kemudian kami memotong jalan lagi melalui padang rumput dan akhirnya tiba di pos Kopassus sekitar pukul 11.30. Di sana kami tiba berbarengan dengan 2 orang pencinta alam yang sedang berkegiatan di area Situ Lembang. Kami beristirahat sejenak, sambil menunggu 2 orang tersebut mengobrol dengan Bapak Tentara Penjaga. Selesai , 2 orang tersebut mengobrol kami langsung menghadap Bapak Tentara Penjaga itu. Bapaknya lumayan ramah, kami diajak ngobrol ngaler ngidul dulu. Ditanya riwayat masing-masing. Ya intinya kami diperbolehkan mendaki Burangrang. Sebelumnya kami sudah sepakat untuk memberi sekedar uang rokok kepada Bapak Tentara Penjaga tersebut, mengingat banyak dari catper yang kami baca demikian. Sebenarnya Bapaknya tidak meminta, tapi ya diterima juga duit 20 rebu hasil patungan kami. Dan akhirnya kami lolos dari Pos Kopassus itu.
Kami mulai berjalan. Ke arah kiri menuju Burangrang dan ke arah kanan menuju Situ Lembang, cuaca mendung dan berkabut mengiring kami berjalan ke arah kiri tersebut. Tak lama kami sampai ke Toren Biru. Inilah sumber air terakhir yang bisa dijumpai di Gunung Burangrang. Karena waktu sudah masuk waktu Dzuhur kami memutuskan untuk sholat dan makan di Toren Biru. Dan mendung pun akhirnya pecah, hujan turun ketika kami sholat dan makan. Tidak terlalu deras, tapi membuat pakaian kami basah. Ternyata setelah selesai, hujan berhenti. Kami memutuskan untuk cepat berangkat, takut kemalaman karena kami tidak tahu berlama kami akan sampai puncak. Saat kami berangkat, ada rombongan lain yang baru tiba di Toren Biru. Kami berjalan mengikuti jalan setapak menembus Hutan Pinus.
(bersambung)

2 komentar:

  1. hayoo ditunggu lanjutannyaaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. tunggu ya...
      lagi ngumpulin bulu-bulu ingatan saya yg beterbangan hehe...

      Hapus