Setelah gagal untuk bersepakat menggelar hajatan tahun baru 2012 di gunung Mangalayang, teman saya, Yuniar aka Jrx mengajak saya mendaki gunung Burangrang. Ya saya sangat antusias, mengingat resolusi tahun 2012 ini saya ingin sekali mendaki gunung dan harus tercapai meski cuma 1 kali juga. Akhirnya saya ajak teman-teman ea32 melalui grup facebook yang sepi itu. Dapat respon juga meski sedikit yg intinya tetep ogah-ogah buat kumpul naik gunung. Alasan klasik pasti yg ikut dikit jadi males buat ikutan. Pada akhirnya hanya 4 anak yg bersepakat untuk mengeksekusi niat naik gunung ini.
Adalah saya, Yuniar, Helmy dan Munawar yang akhirnya berangkat pada tanggal 28 Januari 2012.
Sekilas tentang Burangrang.
Burangrang adalah sebuah gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bandung
Barat dan Kabupaten Purwakarta. Gunung ini merupakan pecahan dari gunung Sunda
Purba yang kini telah tiada dan memiliki ketinggian sekitar 2015 mdpl. Salah
satu jalur, dan yang kami gunakan juga, adalah melalui jalur Komando di
Cisarua. Di gunung ini tidak ada sumber air sehingga bagi pendaki harus
mempersiapkan persediaan air sendiri secukupnya. Sumber air terakhir ditemui
ialah di Toren Biru, dekat pos penjaga Kopassus. Sepanjang pendakian, banyak
pepohonan yg di kiri kanan jalan sehingga teduh. Ada beberapa shelter di rute
nya yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda atau sekedar beristirahat.
Sebelum mencapai puncak, kita akan menemui puncak bayangan yang lumayan luas
untuk berkemah. Puncak sendiri ditandai dengan sebuat tugu penanda berwarna
putih.
Kembali ke cerita perjalanan
saya, Jumat siang sebelum pendakian Yuniar datang ke rumah mengajak untuk
survei ke kaki gunung terlebih dahulu di pos Kopassus (jalur Komando).
Berangkatlah kami ke kawasan Cisarua tersebut. Jalan yang dilalui motor
kami di jalanan Komando sangatlah jelek.
Ban motor hampir tergelincir beberapa kali. Lumayan jauh jarak yg dilalui dari
depan gerbang Komando hingga pos Kopassus tersebut. Di pos Kopassus ada 2 orang
yang sedang berjaga, 1 orang adalah seorang tentara dan 1 orang lainnya adalah
orang sipil biasa. Tampak juga beberapa anggota pencinta alam lalu lalang yang
sedang melakukan kegiatan di sekitar Situ Lembang. Setelah berbincang-bincang
dengan 2 orang di pos penjaga tersebut kami pun pulang. Tapi sebelum pulang ke
rumah kami mampir dulu ke daerah Gegerkalong untuk menyewa tenda dan beberapa
alat lain. Sampai di Zankar (tempat penyewaan alat-alat outdoor) kami
berbincang lagi dengan penjaganya. Karena belum fix alat-alat apa saja yang mau
kami sewa, kami hanya membawa brosur kecil berisi daftar barang dan harga dan
kami pun pulang.
Malam sebelum pendakian, Munawar
datang ke rumah. Helmy tidak bisa datang karena dia harus siap-siap untuk besok
pergi dan rumahnya di sekitar Kopo Ketapang lumayan jauh. Kami berkumpul untuk
briefing dan persiapan alat-alat. Dipandu oleh Yuniar kami melist barang-barang
dan membaginya ke masing-masing anak. Peralatan seperti tenda dan sleeping bag
kami sewa dan pagi-pagi sekali saya dan Munawar harus mengambilnya di Zankar.
Peralatan masak dan makanan kami bawa sendiri-sendiri. Karena sudah cukup,
Munawar dan Yuniar pun pamit pulang untuk bersiap-siap pula untuk esok hari.
Kami pun bersepakat berkumpul di gerbang Komando jam 9 esok hari.
Pagi-pagi sekali Munawar datang
ke rumah, dengan Shogun 125-nya kami pergi ke Gegerkalong untuk mengambil
peralatan yg kami sewa. Sebelumnya, saya sudah sms pemilik Zankar di malam
sebelumnya. Peralatan pun kami angkut, ditambah membeli 1 kotak parafin untuk
keperluan bahan bakar kami. Lalu kami pulang ke rumah saya, saya mandi dan
mengambil tas kemudian lanjut ke rumah Munawar yg jaraknya tidak terlalu jauh.
Setelah menyimpan motor dan mengambil keril Munawar, kami pun menunggu Helmy di
pinggir jalan. Beberapa saat kemudian Helmy pun tiba, sekitar pukul 8.30 kami
pun langsung naik angkot sampai ke Pasar Atas Cimahi. Dari Pasar Atas Cimahi
kami ganti angkot dengan angkot Cimahi-Cisarua dan turun di depan Gerbang
Komando. Sampai di sana Yuniar belum tampak batang hidungnya padahal jam sudah
menunjukkan hampir pukul 9.30.
Lapar karena belum sarapan, saya
akhirnya mencari roti untuk ganjal perut dan juga sekalian beli air mineral
yang sebenernya akan dimanfaatkan botolnya saja untuk menampung bahan bakar kami.
Saya mampir ke Alfamart depan Gerbang Komando, setelah tamat makan roti dan air
minum berhasil dikuras kami bertiga, saya bergegas membeli bahan bakar berupa
solar di pedagang eceran dekat pangkalan ojek. Sebenarnya bahan bakar ini tidak
terlalu bergini nantinya,karena di antara kami tidak ada yang tahu cara membuat
api di alam terbuka. Selang beberapa saat sekitar pukul 10.00 lebih, Yuniar pun
tiba dengan tas gendong untuk kuliahnya ditambah sleeping bag yang menggantung.
Celana pendek dan sepatu skate menghiasi kakinya. Lebih parah dia lupa bawa
jaket dan jas hujan. Bulan Januari curah hujan sedang cukup tinggi.
Tak banyak bicara lagi, kami
berempat langsung berjalan ke arah Pos Kopassus. Belum berapa lama nafas kami
udah hah-heh-hoh lagi. Maklum pendaki pemula :D, padahal masih di jalan
beraspal nan jelek dan masih seputaran rumah warga. Kami berjalan memotong
melalui rumah warga. Sampai batas akhir bertemu jalan aspal jelek lagi kami
berisitrahat. Pos Kopassus tampaknya masi jauh. Kemudian kami memotong jalan
lagi melalui padang rumput dan akhirnya tiba di pos Kopassus sekitar pukul
11.30. Di sana kami tiba berbarengan dengan 2 orang pencinta alam yang sedang
berkegiatan di area Situ Lembang. Kami beristirahat sejenak, sambil menunggu 2
orang tersebut mengobrol dengan Bapak Tentara Penjaga. Selesai , 2 orang
tersebut mengobrol kami langsung menghadap Bapak Tentara Penjaga itu. Bapaknya
lumayan ramah, kami diajak ngobrol ngaler ngidul dulu. Ditanya riwayat
masing-masing. Ya intinya kami diperbolehkan mendaki Burangrang. Sebelumnya
kami sudah sepakat untuk memberi sekedar uang rokok kepada Bapak Tentara
Penjaga tersebut, mengingat banyak dari catper yang kami baca demikian.
Sebenarnya Bapaknya tidak meminta, tapi ya diterima juga duit 20 rebu hasil
patungan kami. Dan akhirnya kami lolos dari Pos Kopassus itu.
Kami mulai berjalan. Ke arah kiri
menuju Burangrang dan ke arah kanan menuju Situ Lembang, cuaca mendung
dan berkabut mengiring kami berjalan ke arah kiri tersebut. Tak lama kami sampai ke Toren
Biru. Inilah sumber air terakhir yang bisa dijumpai di Gunung Burangrang.
Karena waktu sudah masuk waktu Dzuhur kami memutuskan untuk sholat dan makan di
Toren Biru. Dan mendung pun akhirnya pecah, hujan turun ketika kami sholat dan
makan. Tidak terlalu deras, tapi membuat pakaian kami basah. Ternyata setelah
selesai, hujan berhenti. Kami memutuskan untuk cepat berangkat, takut kemalaman
karena kami tidak tahu berlama kami akan sampai puncak. Saat kami berangkat,
ada rombongan lain yang baru tiba di Toren Biru. Kami berjalan mengikuti jalan
setapak menembus Hutan Pinus.
(bersambung)
(bersambung)
hayoo ditunggu lanjutannyaaa :D
BalasHapustunggu ya...
Hapuslagi ngumpulin bulu-bulu ingatan saya yg beterbangan hehe...