Seperti hanya sebuah tanda tanya. Tanpa kata tanya. Apa, siapa, di mana, kapan, berapa, bagaimana sudah tidak punya arti lagi. Cahaya telah terlalu kejam untuk hanya berbahasa. Biasa saja. Seharusnya aku tahu itu adanya. Aku adalah nebula. Oh tidak hanya bintang mati. Lubang hitam raksasa yang tidak tahu apa-apa. Hanya kambing luar angkasa yang tidak memilik tanda hidup apapun. Makhluk hijau yang rapuh ketika badai angin laut tiba. Aku selalu percaya jika jagat raya yang gelap ini karena ada batas antaranya. Tapi tanda tanya ini tidak berhasil untuk menjadi gelap. Terlalu terang untuk sekadar mengetahui. Membuat segalanya seperti bualan saja. Jika lelah, berhentilah sebelum bintang-bintang lain meledak. Menebar debu angkasa di antara puing tanda tanya. Seperti kamu, angkasa raya adalah tanda tanya.
Jumat, 30 Maret 2012
Kamis, 29 Maret 2012
Edelweis dan Hujan
Edelweis pagi ini masih menyapa bangun tidurku. Wanginya
masih sama meski sudah lama dan kering. Tidurku yang hanya sekejap seolah
memberi energi lebih untuk bisa membuat semesta berkomplot mendukung aku dari
belakang. Bulir-bulir darah yang aku rasakan dari setiap denyut jantung
memompa, aku coba nikmati dan resapi. Sensasi begitu menakjubkan ketika aku
memulai menikmatinya.
Pagi ini ada edelweis yang aku bawa pergi menuju
kawah gunung berapi. Letupan-letupan yang mencoba membakar aku, aku tak peduli.
Selesai hingga edelweis itu aku lepaskan pada seorang kawan perjalanan. Berharap
bertemu edelweis lain di jalur pulang ke rumah.
Aku singgah di sebuah pondok tempat semua orang
tertawa. Meski tidak tertawa aku terjebak dalam gundah yang sudah sedemikian
menggunung di kepalaku, oh tidak, di hatiku. Kuntum-kuntum itu belum mekar
juga. Aku tidak mengerti. Kadang saat halilintar melewatiku begitu cepat aku
tidak tahu satu detik itu begitu lama. Keringat bercucuran entah di mana
muaranya.
Satu sabda alam akhirnya muncul, aku bergerak
mengikuti suara-suara gemerisik daun yang telah lama ku genggam ini. Akhirnya aku
bertemu dengan edelweis yang lain. Di depan ku sederhana. Di depan ku pondok
tempat tertawa. Aku genggam dan aku rasakan hembus angin yang sangat di luar
perkiraanku. Begitu sejuk. Meleleh dan tak bisa ku lanjutkan darah untuk
mengaliri hidupku. Rasanya rohku ingin lepas berlari dan menari bersama
bidadari.
Belum bisa ku petik edelweis ini sampai benar aku
yakin bisa ku gapai dari tepi jurang ini. Hujan turun. Namun bukan sebuah
petaka melainkan jadi lagu latar aku merenungi ini. Kombinasi terbaik siang
hari ini. Harus aku sanggup bertahan di atas segala ini, menanti edelweis yang
cantik ini di tempat sedingin ini. Dingin dalam nuansa. Semesta dan aku. Edelweis
dan hujan.
Senin, 26 Maret 2012
Sabtu, 03 Maret 2012
20 Lagu Terbaik Arctic Monkeys
Hampir 7 tahun, sejak pertama
kali mendengar When The Sun Goes Down meraung dari speaker radio. Single Arctic
Monkeys tersebut telah membuat saya jatuh cinta pada band yang digawangi oleh
Alex Turner dkk. Dari mulai lagu tersebut saya mencari lagu-lagu lainnya,
bahkan saya kumpulkan mp3-mp3 nya sampai lengkap hingga album terakhir Suck It
And See. Selalu tidak sabar untuk menanti setiap single yang mereka keluarkan.
Selain lagu, artwork dari setiap singlenya juga menarik bagi saya. 7 tahun itu
pula saya mendengar proses pendewasaan bermusik mereka, dari mulai Garage Rock
sampai sekarang dengan musik-musik Britpop/rock yang khas.
Cerita-cerita sederhana dari
kehidupan sehari-hari mulai dari kejadian yang tidak terduga hingga masalah
cinta mereka tuangkan menjadi lirik-lirik khas Arctic Monkeys. Bahkan tak
jarang mereka menambahkan kata-kata baru yang sama sekali tidak ada dalam kamus
Bahasa Inggris manapun. Meski demikian kita, pendengar, masih mengerti maksud
dari lagu-lagu mereka tersebut. Dari 7 tahun tersebut, saya iseng-iseng mencoba
untuk memilih 20 lagu terbaik yang pernah mereka luncurkan, baik berasal dari
album maupun single.
Kenapa 20 lagu? Saya rasa terlalu
banyak bahkan semua lagu mereka itu semuanya bagus, saya sampai bingung untuk
menentukan mana yang terbaik dari perspektif saya. Jika 10 lagu saya pilih,
maka lagu-lagu bagus lainnya kurang tersampaikan juga, sayang sekali bukan?
Oleh karenanya saya pilih 20 lagu, saya rasa cukup mewakili bagaimana
dahsyatnya British Invasion II pada pertengahan dekade 2000-an. Check These
Out.
- I Bet You Look Good On The Dancefloor (Whatever Poeple Say I Am, That's What I'm Not)
- Brianstrom (Favourite Worst Nightmare)
- Cornerstone (Humbug)
- Brick By Brick (Suck It And See)
- Only One Who Knows (Favourite Worst Nightmare)
- Old Yellow Brick (Favourite Worst Nightmare)
- When The Sun Goes Down (Whatever Poeple Say I Am, That's What I'm Not)
- A Certain Romance (Whatever Poeple Say I Am, That's What I'm Not)
- The View From The Afternoon (Whatever Poeple Say I Am, That's What I'm Not)
- Crying Lighting (Humbug)
- The Hellcat Spangled Shalalala (Suck It And See)
- Fluorescent Adolescent (Favourite Worst Nightmare)
- Temptation Greet You Like Your Naughty Friend (Brianstrom [Single])
- Fake Tales of San Francisco (Whatever Poeple Say I Am, That's What I'm Not)
- Reckless Serenade (Suck It And See)
- My Propeller (Humbug)
- Mardy Bum (Whatever Poeple Say I Am, That's What I'm Not)
- Pretty Visitors (Humbug)
- Black Treacle (Suck It And See)
- Teddy Picker (Favourite Worst Nightmare)
* maaf 20 lagu ini hanya sampai album Suck It And See saja.
Langganan:
Postingan (Atom)