Dia adalah teman saya. Dia adalah
karib saya.
Sekitar 8 tahun yang lalu awal
pertemanan kami. Entah siapa dia, tapi dia adalah kawan di kelas sekolah
menengah teknik saya. Duduk satu kelas hingga satu meja. Berdiskusi dari
masalah electronic controller hingga virus mikrokontroler iseng buatan sendiri.
Berbicara mengenai kitab-kitab di mesjid hingga komik doraemon sekalipun. Bertukar
ide dari global issue hingga masalah sendal yang tertukar saat jumatan. Obrolan
mengenai Tuhan hingga hati. Dia adalah teman saya.
Bagi dia sekolah bukanlah tempat
yang menarik untuk mencari ilmu. Tapi setiap orang yang terlibat di dalam
sekolah sangat menarik perhatiaannya untuk mencari segala ilmu pengetahuan.
Dari kepala sekolah yang labil hingga satpam yang senang mengambil untung dari
siswa-siswa. Sekolah cuma ritual, baginya ilmu bisa didapat dari mana saja di alam
raya ini. Bahkan ketika tidak ada yang menarik di kelas, dia melirik tempat
nongkrong benama WJ hanya untuk sekedar bergurau atau berbincang hal yang
mungkin orang lain bilang sepele. Atau saat dia menjadi wakil ketua organisasi
keagamaan sekolah dibanding dengan rutinitas skepitisnya. Dia adalah teman saya
yang memilih untuk peduli pada ketidakpedulian. Dia adalah karib saya.
Ketika hempasan gelombang ilmu
pengetahuan menggugah apa yang disebut
ide untuk melawan, dia datang dengan anak-anak ilham yang menakjubkan. Bukan
untuk pamer kepada dunia, tapi melawannya. Sejarah, filsafat, sastra dan seni
begitu merasuk pada dirinya. Bahkan ketika Tuhan pun terlibat dalam setiap
upayanya. Dia memberi saya arti dari cerah saat buta mungkin hampir menghinggapi.
Dia yang memberi saya belati ketika saya mesti menusuk satu mata. Dia adalah
teman saya.
Empat tahun dan mungkin lebih
dari cukup ketika emosi yang meledak kini tahu kemana harus melangkah, karya.
Lewat sentimen lagu rohani hingga jadi alunan palu dan sabit revolusi bergema. Lalu
menjadi kakak dari sekian ratus adik-adik dari rahim ibu-ibu saudarinya. Hingga
akhirnya jendelalah yang menjadikan dunia tampak jelas untuk dilawannya.
Kritik, hegemoni atau hanya gegap yang ditahan hingga gempita sunyinya alam di
Puncak Meong. Dia telah buktikan bahwa hal kecil akan menjadi besar ketika
dimulai. Dia adalah karib saya.
*untuk seorang teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar