Minggu, 08 September 2013

Saya dan Organisasi

Tulisan ini terinspirasi dari mini-blog seseorang yang kemarin malam berkicau mengenai organisasi yang diikutinya saat di kampus. Saat membaca tulisannya tersebut entah mengapa menjadi flashback tersendiri teringat tentang yang pernah saya alami dulu. Momen yang pas juga ketika saat ini saya pun diharuskan membuat daftar riwayat hidup (DRH) untuk pemberkasan CPNS saya. Dalam DRH tersebut terdapat poin pengalaman organisasi, yang menurut tafsir saya tidak termasuk kepanitiaan, terutama yang pernah menjadi pengurus di dalamnya.

Pengalaman saya pertama mungkin bisa disebut pra-masuk organisasi. Secara aklamasi saya dipilih menjadi ketua regu pramuka di sekolah dasar saya dulu. Saya sebut pra-masuk organisasi sebab saya belum mengerti maksud dan tujuan saya di pramuka tersebut. Hanya menuruti perintah guru-guru saja. Meski demikian saya merasa cukup senang sebab saya paling tidak saya dipercaya teman-teman untuk menjadi pemimpin mereka.
Beranjak ke tingkat pendidikan selanjutnya, SMP. Pas awal masuk SMP saya ingin sekali menjadi salah satu pengurus OSIS di SMP saya tersebut. Kakak-kakak OSIS saat itu terlihat keren (halah keren, terlalu bodoh saya saat itu). Hingga pada saat kami siswa baru harus memilih ekstrakulikuler saya malah menyambangi Sekretariat OSIS (bodohnya saya OSIS bukan ekskul hehe) dan bertanya pada kakak-kakak di sana. Kakak-kakak kelas saya dengan ramah menjelaskan bagaimana cara menjadi pengurus OSIS yang ada beberapa syarat dan prosedur pengangkatannya. Akhirnya saya memutuskan ikut ekskul Palang Merah Remaja (PMR).
Entah motivasi apa saya waktu itu masuk ke PMR. Apa karena siswinya paling banyak? (haha...) Atau karena banyak teman di sana? Entahlah saya pun belum mengerti sampai sekarang. Tapi yang saya rasa dampak sekarang saya sedikit banyak lebih mengenal mengenai dunia medis dari sebelumnya. Kiprah saya di PMR tidak terlalu cemerlang. Saya awali dengan menjadi koordinator kelas dan kelas saya waktu itu adalah kelas yang paling banyak menyumbang anggota PMR –nya. Cukup repot juga ternyata.
Saat tingkat dua saya mencoba untuk melamar menjadi Ketua OSIS. Namun sayang saya gagal di 20 besar pada saat tes tertulis. Tes tertulis mengenai riwayat sekolah dan ekskul di sekolah. Saat ketua OSIS terpilih (yang kebetulan adalah teman sekelas saya) saya mendapat tawaran langsung dari Kakak-Kakak di Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK) untuk menjadi salah seorang pengurus. Hingga akhirnya pada saat Latihan Dasar Kepemimpinan OSIS (LDKO) saya baru mengetahui saya mengepalai satu seksi yakni Seksi I: Seksi Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (lebih dikenal sebagai seksi rohani). Entah apa yang ada di pikiran Kakak-Kakak MPK tersebut hingga memilih saya.
Rupanya terpilihnya saya menjadi salah satu pengurus OSIS menjadi polemik di tubuh PMR. Kakak Pelatih PMR saya hendak mencalonkan saya menjadi salah satu kandidat Komandan PMR, tapi ada kekhawatiran saya tidak bisa membagi peran saya di OSIS dan PMR sekaligus. Mengingat Komandan PMR sebelumnnya yang juga pengurus OSIS kurang maksimal dalam mengurus PMR. Hasilnya saya tetap dimasukan ke dalam P4 (sebutan untuk 4 jabatan tertinggi di PMR SMP saya: Komandan, Ketua Staff, Kepala Diklat dan Komandan Pasukan) yakni menjadi Komandan Pasukan. Komandan Pasukan bertugas untuk menkoordinir seluruh anggota layaknya seorang panglima di bidang kemiliteran.
Beranjak memasuki jenjang pendidikan lanjut tingkat atas, saya diterima di sebuah SMK di bidang teknologi dan industri. Pertama masuk SMK saya memiliki hasrat untuk masuk Kelompok Pencinta Alam dan bela diri. Namun, jadwal kegiatan Pencinta Alam yang di akhir minggu membuat saya malas untuk datang. Alhasil saya hanya ikut kegiatan ekskul bela diri yakni karate. Hanya beberapa bulan saya mengundurkan diri karena saya cukup kesepian tidak ada teman yang satu kelas. Akhirnya saya masuk ke Hikmatul Iman Indonesia (HI). Di HI cukup banyak teman-teman saya yang ikut berlatih. Meski saya tidak dari awal sekali masuk ke HI, Kakak-Kakak senior saya cukup percaya pada saya untuk menjadi Ketua di ekskul ini. Bagaimana tidak? Saya didaulat sebagai calon tunggal yang artinya mau tidak mau harus menerima tongkat estafet kepemimpinan. Cukup lama saya memegang jabatan ini sekitar 1,5 tahun atau 3 semester kurang lebih. Masa bakti paling lama yang pernah diemban ketua ekskul di sekolah saya.
Selain mengikuti ekskul HI, saya juga mengikuti kegiatan keagaman di sekolah yang disebut Forum Dienul Islam (FDI). Di sini saya diberi amanah memegang salah satu divisi yaitu Divisi Kepustakaan. Saya mengurus buku-buku Islam yang ada di mesjid (meski saat itu mesjid sedang direnovasi, saya lebih sulit lagi menyediakan buku-buku bagi jamaah). Tidak terlalu sulit saya berada dalam posisi tersebut karena banyak sekali bantuan dari teman-teman pengurus lainnya.
Ketika SMP saya menjadi pengurus OSIS, maka pada saat SMK ini saya menjadi MPK. Saya menjadi anggota MPK sejak duduk di tingkat 1. Saat itu saya langsung masuk komisi VII yang membidangi keolahragaan. Beranjak ke tingkat 2 saya didaulat menjadi ketua komisi VII namun hanya beberapa saat saya diminta oleh Ketua MPK menjadi Wakil Ketua MPK menggantikan teman sekelas saya yang akhirnya menjadi ketua komisi III. Tugas MPK pada saat masa sidang kedua saya cukup berat karena untuk pertama kalinya AD/ART OSIS di SMK saya diamandemen. Beberapa kali sidang bahkan sampai malam hari (ya rasa mahasiswa saat menjadi siswa).
Jurusan di SMK saya juga memiliki suatu organisasi kekeluargaan yang bernama Keluarga Besar Elektronika Industri (KB Eind). Di masa kepimpinan angkatan saya, saya menjadi Humas dari pengurus KB Eind. Di KB Eind pula saya sempat menjadi ketua pelaksana kegiata orientasi jurusan yang menjadi bekal saya saat kuliah.
Saat masuk dunia kampus sebagai mahasiswa, saya cukup tidak peduli dengan keikutsertaan saya di organisasi kampus. Hingga pada saat menjelang akhir tingkat satu saya tertarik untuk ikut dalam himpunan spesialisasi saya yaitu Ikatan Mahasiswa Pajak (IMP). Awalnya saya melamar menjadi staff di Departemen Seni dan Budaya. Entah mungkin karena saat wawancara saya menjawab dengan pernyataan yang tak lazim akhirnya saya ditolak. Kebetulan teman saya yang sudah diterima di Departemen Sosial dan Kemahasiswaan mengajak saya masuk ke departemen tersebut karena masih ada sisa slot satu lagi yang kosong. Lewat wawancara via SMS karena saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju kota Semarang, saya akhirnya diterima dan tak tanggung-tanggung saya diberi tugas untuk menjadi Koordinator Pelaksana kegiatan Penyambutan dan Penerimaan Mahasiswa Baru. Tugas yang cukup berat bagi saya mengisi acara orientasi spes ini. Dengan pengalaman di KB Eind sedikit banyak membantu saya ditambah staff bidang yang kompeten dan luar biasa sangat berperan melancarkan kegiatan ini.
Setelah habis masa bakti sebagai pengurus IMP, muncul tawaran untuk menjadi Ketua IMP tapi saya tidak berminat untuk itu. Bahkan seorang teman juga mengajak saya menjadi wakil spes di Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) tapi saya juga menolak. Saat itu saya sudah tidak ingin ikut dalam kegiatan apa-apa. Saya ingin main. Saya ingin bersenang-senang dengan cara lain. Hehe. Hingga di akhir masa-masa mahasiswa saya masih ditawari menjadi ketua pelaksana acara perpisahan di spes tapi saya tidak menerimanya (sebenernya sih rahasia seharusnya tapi sudah lewat ini lah).
Mungkin minat saya akan organisasi kian menurun tapi sebenarnya tidak. Saya justru ingin memperbaiki ilmu pengorganisasian saya. Saya melihat beberapa teman saya yang bergerak di bidang organisasi non-formal begitu baik dalam mengorganisasi massa di bawahnya. Kegemaran saya mendaki gunung juga sering kali membutuhkan organisasi yang cukup matang. Organisasi itu bukan masalah memimpin atau dipimpin tapi bagaimana cara kita mencapai tujuan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar