Tulisan ini terinspirasi dari
mini-blog seseorang yang kemarin malam berkicau mengenai organisasi yang
diikutinya saat di kampus. Saat membaca tulisannya tersebut entah mengapa
menjadi flashback tersendiri teringat tentang yang pernah saya alami dulu. Momen
yang pas juga ketika saat ini saya pun diharuskan membuat daftar riwayat hidup
(DRH) untuk pemberkasan CPNS saya. Dalam DRH tersebut terdapat poin pengalaman
organisasi, yang menurut tafsir saya tidak termasuk kepanitiaan, terutama yang
pernah menjadi pengurus di dalamnya.
Pengalaman saya pertama mungkin
bisa disebut pra-masuk organisasi. Secara aklamasi saya dipilih menjadi ketua
regu pramuka di sekolah dasar saya dulu. Saya sebut pra-masuk organisasi sebab
saya belum mengerti maksud dan tujuan saya di pramuka tersebut. Hanya menuruti
perintah guru-guru saja. Meski demikian saya merasa cukup senang sebab saya
paling tidak saya dipercaya teman-teman untuk menjadi pemimpin mereka.
Beranjak ke tingkat pendidikan
selanjutnya, SMP. Pas awal masuk SMP saya ingin sekali menjadi salah satu
pengurus OSIS di SMP saya tersebut. Kakak-kakak OSIS saat itu terlihat keren
(halah keren, terlalu bodoh saya saat itu). Hingga pada saat kami siswa baru harus
memilih ekstrakulikuler saya malah menyambangi Sekretariat OSIS (bodohnya saya
OSIS bukan ekskul hehe) dan bertanya pada kakak-kakak di sana. Kakak-kakak
kelas saya dengan ramah menjelaskan bagaimana cara menjadi pengurus OSIS yang
ada beberapa syarat dan prosedur pengangkatannya. Akhirnya saya memutuskan ikut
ekskul Palang Merah Remaja (PMR).
Entah motivasi apa saya waktu itu
masuk ke PMR. Apa karena siswinya paling banyak? (haha...) Atau karena banyak
teman di sana? Entahlah saya pun belum mengerti sampai sekarang. Tapi yang saya
rasa dampak sekarang saya sedikit banyak lebih mengenal mengenai dunia medis
dari sebelumnya. Kiprah saya di PMR tidak terlalu cemerlang. Saya awali dengan
menjadi koordinator kelas dan kelas saya waktu itu adalah kelas yang paling
banyak menyumbang anggota PMR –nya. Cukup repot juga ternyata.
Saat tingkat dua saya mencoba
untuk melamar menjadi Ketua OSIS. Namun sayang saya gagal di 20 besar pada saat
tes tertulis. Tes tertulis mengenai riwayat sekolah dan ekskul di sekolah. Saat
ketua OSIS terpilih (yang kebetulan adalah teman sekelas saya) saya mendapat
tawaran langsung dari Kakak-Kakak di Musyawarah Perwakilan Kelas (MPK) untuk
menjadi salah seorang pengurus. Hingga akhirnya pada saat Latihan Dasar
Kepemimpinan OSIS (LDKO) saya baru mengetahui saya mengepalai satu seksi yakni
Seksi I: Seksi Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (lebih dikenal sebagai
seksi rohani). Entah apa yang ada di pikiran Kakak-Kakak MPK tersebut hingga
memilih saya.
Rupanya terpilihnya saya menjadi
salah satu pengurus OSIS menjadi polemik di tubuh PMR. Kakak Pelatih PMR saya
hendak mencalonkan saya menjadi salah satu kandidat Komandan PMR, tapi ada
kekhawatiran saya tidak bisa membagi peran saya di OSIS dan PMR sekaligus.
Mengingat Komandan PMR sebelumnnya yang juga pengurus OSIS kurang maksimal
dalam mengurus PMR. Hasilnya saya tetap dimasukan ke dalam P4 (sebutan untuk 4 jabatan
tertinggi di PMR SMP saya: Komandan, Ketua Staff, Kepala Diklat dan Komandan
Pasukan) yakni menjadi Komandan Pasukan. Komandan Pasukan bertugas untuk
menkoordinir seluruh anggota layaknya seorang panglima di bidang kemiliteran.
Beranjak memasuki jenjang
pendidikan lanjut tingkat atas, saya diterima di sebuah SMK di bidang teknologi
dan industri. Pertama masuk SMK saya memiliki hasrat untuk masuk Kelompok
Pencinta Alam dan bela diri. Namun, jadwal kegiatan Pencinta Alam yang di akhir
minggu membuat saya malas untuk datang. Alhasil saya hanya ikut kegiatan ekskul
bela diri yakni karate. Hanya beberapa bulan saya mengundurkan diri karena saya
cukup kesepian tidak ada teman yang satu kelas. Akhirnya saya masuk ke Hikmatul
Iman Indonesia (HI). Di HI cukup banyak teman-teman saya yang ikut berlatih.
Meski saya tidak dari awal sekali masuk ke HI, Kakak-Kakak senior saya cukup
percaya pada saya untuk menjadi Ketua di ekskul ini. Bagaimana tidak? Saya didaulat
sebagai calon tunggal yang artinya mau tidak mau harus menerima tongkat estafet
kepemimpinan. Cukup lama saya memegang jabatan ini sekitar 1,5 tahun atau 3
semester kurang lebih. Masa bakti paling lama yang pernah diemban ketua ekskul
di sekolah saya.
Selain mengikuti ekskul HI, saya
juga mengikuti kegiatan keagaman di sekolah yang disebut Forum Dienul Islam
(FDI). Di sini saya diberi amanah memegang salah satu divisi yaitu Divisi Kepustakaan.
Saya mengurus buku-buku Islam yang ada di mesjid (meski saat itu mesjid sedang
direnovasi, saya lebih sulit lagi menyediakan buku-buku bagi jamaah). Tidak terlalu
sulit saya berada dalam posisi tersebut karena banyak sekali bantuan dari
teman-teman pengurus lainnya.
Ketika SMP saya menjadi pengurus
OSIS, maka pada saat SMK ini saya menjadi MPK. Saya menjadi anggota MPK sejak
duduk di tingkat 1. Saat itu saya langsung masuk komisi VII yang membidangi
keolahragaan. Beranjak ke tingkat 2 saya didaulat menjadi ketua komisi VII
namun hanya beberapa saat saya diminta oleh Ketua MPK menjadi Wakil Ketua MPK
menggantikan teman sekelas saya yang akhirnya menjadi ketua komisi III. Tugas
MPK pada saat masa sidang kedua saya cukup berat karena untuk pertama kalinya
AD/ART OSIS di SMK saya diamandemen. Beberapa kali sidang bahkan sampai malam
hari (ya rasa mahasiswa saat menjadi siswa).
Jurusan di SMK saya juga memiliki
suatu organisasi kekeluargaan yang bernama Keluarga Besar Elektronika Industri
(KB Eind). Di masa kepimpinan angkatan saya, saya menjadi Humas dari pengurus
KB Eind. Di KB Eind pula saya sempat menjadi ketua pelaksana kegiata orientasi
jurusan yang menjadi bekal saya saat kuliah.
Saat masuk dunia kampus sebagai
mahasiswa, saya cukup tidak peduli dengan keikutsertaan saya di organisasi
kampus. Hingga pada saat menjelang akhir tingkat satu saya tertarik untuk ikut
dalam himpunan spesialisasi saya yaitu Ikatan Mahasiswa Pajak (IMP). Awalnya
saya melamar menjadi staff di Departemen Seni dan Budaya. Entah mungkin karena
saat wawancara saya menjawab dengan pernyataan yang tak lazim akhirnya saya
ditolak. Kebetulan teman saya yang sudah diterima di Departemen Sosial dan
Kemahasiswaan mengajak saya masuk ke departemen tersebut karena masih ada sisa
slot satu lagi yang kosong. Lewat wawancara via SMS karena saat itu saya sedang
dalam perjalanan menuju kota Semarang, saya akhirnya diterima dan tak
tanggung-tanggung saya diberi tugas untuk menjadi Koordinator Pelaksana
kegiatan Penyambutan dan Penerimaan Mahasiswa Baru. Tugas yang cukup berat bagi
saya mengisi acara orientasi spes ini. Dengan pengalaman di KB Eind sedikit
banyak membantu saya ditambah staff bidang yang kompeten dan luar biasa sangat
berperan melancarkan kegiatan ini.
Setelah habis masa bakti sebagai
pengurus IMP, muncul tawaran untuk menjadi Ketua IMP tapi saya tidak berminat
untuk itu. Bahkan seorang teman juga mengajak saya menjadi wakil spes di Badan
Legislatif Mahasiswa (BLM) tapi saya juga menolak. Saat itu saya sudah tidak
ingin ikut dalam kegiatan apa-apa. Saya ingin main. Saya ingin bersenang-senang
dengan cara lain. Hehe. Hingga di akhir masa-masa mahasiswa saya masih ditawari
menjadi ketua pelaksana acara perpisahan di spes tapi saya tidak menerimanya
(sebenernya sih rahasia seharusnya tapi sudah lewat ini lah).
Mungkin minat saya akan
organisasi kian menurun tapi sebenarnya tidak. Saya justru ingin memperbaiki
ilmu pengorganisasian saya. Saya melihat beberapa teman saya yang bergerak di
bidang organisasi non-formal begitu baik dalam mengorganisasi massa di
bawahnya. Kegemaran saya mendaki gunung juga sering kali membutuhkan organisasi
yang cukup matang. Organisasi itu bukan masalah memimpin atau dipimpin tapi
bagaimana cara kita mencapai tujuan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar