Jumat, 03 Februari 2012

Kuliah Umum Etika Profesi (Sebuah Parodi Propaganda)

Ya begitu menggelitik pengalaman saya hari ini. Hari ini saya bertugas menjadi salah seorang protokoler sebuah acara kuliah umum di kampus. Acara ini bertemakan kuliah umum etika profesi. Sebenernya udah males saya ikut acara-acara di kampus (jadi panitia maksudnya), tapi karena temen-temen cowo di kelas terlalu sibuk dengan rutinitas mereka sehingga pada ogah-ogahan ikut kegiatan macam gini. Kenapa ga mau coba sesuatu yang baru?
Sudah kita kesampingkan masalah tersebut. Saya pikir acara kuliah umum ini bakal seru dan menarik mengingat bahasannya adalah seputar etika. Menurut saya etika itu tidak akan jauh dari budaya dan filosofi yang mendasarinya. Namun, acara itu ternyata adalah sebuah ‘propaganda’ kecil di tengah mahasiswa yang apatis mengenai politik di negeri ini. Yang akan terharu biru melihat seorang sosok kembali (walau dalam sebuah motion picture yang diproyeksikan pada latar) dan berbicara pada mereka tentang kebijakan publik dan etika publik.
Sebelum masuk ke inti opini saya ini, kita cek legal formal-nya terlebih dulu (alah kaya ngecek keberatan, gugatan atau banding aja...). Ya ini sangat penting. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan. Pertama penempatan waktu. Kuliah umum ini diadakan tepat di hari terakhir jadwal kuliah mid II semester V yang pastinya akan sedikit ‘mengganggu’ proses perkuliahan. Hal ini mengingat pada masih banyaknya utang pertemuan kuliah beberapa kelas yang bahkan sampai besok (Sabtu, 4 Februari 2012) masih ada kuliah pengganti. Apakah tidak sebaiknya mahasiswa lebih ditekankan untuk persiapan UAS senin depan (Senin. 6 Februari 2012)? Mungkin tidak mengganggu pada beberapa kelas karena ada juga yang sudah khatam masa kuliahnya, tapi apakah tidak sebaiknya mahasiswa lebih ditekankan untuk persiapan UAS? Apakah di bulan Maret 2012 tidak ada waktu yang tepat untuk mengadakan kuliah umum? Secara pemindahan waktu tersebut juga akan berefek pada persiapan ‘panitia dadakan kurang dari 24 jam’. Ya hal ini patut ditelaah kembali maksud dan tujuannya.
Kedua tema yang diusung adalah etika profesi, bukan etika publik. Meski sama-sama mengandung kata etika tapi kedua hal tersebut adalah tetap hal yang berbeda. Etika profesi dimiliki oleh beberapa orang atau sekelompok yang memiliki suatu kesamaan profesi/pekerjaan. Etika publik adalah etika seorang atau instansi publik dalam membuat kebijakan yang berhadapan dengan publik langsung atau lewat instansi publik lainnya. Ya ini patut dicurigai sebagai salah satu ‘propaganda’ dari suatu pihak untuk seorang tokoh yang memberi kuliah umum dalam video tersebut.
Ketiga (walau tidak substantif tapi ini penting), kurangnya konsumsi. Hal ini dikeluhkan oleh koordinator panitia mahasiswa. Penyediaan konsumsi dari panitia sekretariat ternyata tidak mencukupi kebutuhan seluruh mahasiswa. Diduga kuat ada penyelewangan yang dilakukan satu atau lebih oknum (berasal dari pihak mahasisawa) untuk menimbun konsumsi. Haha, poin tiga ini just kidding biar ga terlalu serius bacanya.
Masuk ke bagian inti opini saya ini. Mahasiswa di kampus saya tergolong mahasiswa yang apatis mengenai politik. Politik di dalam Keluarga Mahasiswa kampus saja, hanya sedikit yang mengerti. Apalagi materi kuliah umum tadi (sosorotan utama adalah penayangan video seorang tokoh tadi) sudah pada politik tingkat tinggi di negara ini. Dan ini juga yang menjadi suatu kekhawatiran saya tentang berhentinya tayangan ProvoActive, sebuah acara pendidikan politik bagi kaum muda.
Keadaan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh segelitir pihak untuk melakukan propaganda penyusupan kampanye terselubung dalam materi kuliah umum. Secara karyawan kementerian yang ditinggalkan oleh tokoh tersebut  sangat mencintai sosoknya. Kabarnya 2014 beliau akan kembali untuk bertarung berebut Indonesia 1. ‘Bekas anak buah’ di kantornya tersebut sangat cocok untuk menjadi tim suksesnya kelak. Ya fakta bicara, ada sebuah partai yang sudah dipastikan mendaulat beliau menjadi kandidat orang no 1 di negeri ini. Pegawai negara tentu tidak boleh ikut terlibat aktif dalam kepartaian tersebut. Salah satu langkah jitu adalah penyusupan dalam materi kuliah.
Sebenarnya saya bukan tidak suka dengan sosok beliau, atau video ceramah beliau tersebut. Jujur saya kagum dengan isi pidatonya itu (walau saya sempat tidur juga hehe). Alasan saya menulis ini adalah saya rasa masih terlalu lama dari 2014 untuk sekedar mempromosikan atau sekedar mengingat kembali tokoh beliau. Bahkan di situs-situs jejaring sosial, kawan-kawan kampus saya begitu terbius dengan acara tadi. Fuh, saya lelah dengan semua basa-basi ini. Jika kalian ingin mencekoki kami dengan propaganda macam itu, lakukan dengan cara yang benar dan bijak. Jangan manfaatkan keapatisan kami! Hal ini mengingatkan saya tentang sebuah tulisan di timeline tumblr saya dari seorang kawan, Adi, mengenai keapatisan mahasiswa karena ditanam mindset untuk selalu belajar dan tidak peduli pada sekitarnya.
Akhir kata, ini hanya opini saya. Saya rasa setiap orang bebas berpendapat dan mengekspresikan idenya. Setuju atau tidak setuju dengan pendapat saya, terserah anda.

Cheers.
Cinta & Anarki: Karena cinta tidak butuh aturan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar