Senin, 06 Februari 2012

untitled #2

Ini bukan tentang siapa dan bagaimana seperti yang biasa terdengar. Tapi lebih kepada apa dan kenapa terasa. Bukan tentang kolase yang ku buat agar tahu betapa indah hidup itu. Tapi ini adalah ceceran dari bintik mozaik hari yang kuhadapi setiap 24 jam sekali. Keinginan yang salah yang tak pernah mau ku cari pembenaran atas tersebut. Saat mereka mencari yang nyata nan sejati, ku berkelana untuk yang fana dan tidak benar. Untuk setiap tetes cahaya saat bulan purnama bersinar, tak akan terbakar api oleh api. Seperti mata Dajjal yang manunggal, kini ditiup jadi abu belulang. Aku hanya takut pada kesemuan yang ku temukan.
Berlanjut pada babak dimana aku tak tahu salah dan benar itu seperti apa. Apa seperti kebohongan seorang anak kecil yang takut dimarahi? Ataukah seperti pukul-pukulan pengantar nyawa pencuri yang lapar? Oh dunia, dimana ku hidup di sana aku mencoba bicara. Pada laut yang ingin ku genggam, pada langit yang ingin ku lompati dan pada gurun pasir yang ingin kusirami hingga banjir. Sama seperti pengertianku, tak ada pemahaman tentang apa dan kenapa. Layaknya Amstrong yang entah benar ia menabrakan kakinya di satelit ataukah ganja yang ilegal karena kapas? Ini adalah kenang-kenangan dari 3 masa perbudakan Firaun.
Andromeda! Berkilaulah seperti permata habis dibakar bilah-bilah gerigi. Aku yang tak menjangkau mu hanya punya 2 binar untuk terpukau. Aku tak ingin meminjam panah sang putra Venus. Atau mereinkarnasikan mereka dari wujud Pisces. Hanya panah Arjuna tersisa untuk memotong urat melahirkan kesturi-kesturi baru di alam melayang. Cukup batas hanya selayar terkembang. Antara dunia mayamu dan perasaanku. Titik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar