Senin, 10 Juni 2013

Cikuray Dalam Tiga Episode (Episode Satu)


Gunung Cikuray dari Puncak 2 Gunung Guntur
Cikuray. Sebuah nama gunung yang terletak di Garut, Jawa Barat. Dengan titik elevasi di angka 2.818 meter dari permukaan laut, menjadikan gunung ini tertinggi nomor empat di dataran Jawa Barat. Gunung ini memiliki beberapa jalur dari kaki bukit untuk menuju puncaknya, tapi yang paling terkenal adalah 3 jalur utama: Dayeuhmanggung, Cikajang dan Bayongbong. Jalur Dayeuhmanggung adalah jalur yang paling banyak dilalui oleh pendaki karena lebih landai dan memiliki pemandangan yang indah. Dibanding jalur Dayeuhmanggung, jalur Cikajang dan Bayongbong memiliki tingkat keterjalan yang cukup menyulitkan.
Dari tiga kali kesempatan mengunjungi gunung ini, saya menapaki perjalanan melalui Dayeuhmanggung. Di kesempatan ketiga (8-9 Juni 2013) sebenarnya saya ingin mencoba jalur Cikajang akan tetapi pesona perkebunan teh di jalur Dayeuhmanggung sungguh memikat. Tapi pada kesempatan ini tambahan tantangan yang memacu adrenalin saya hadirkan bagi diri saya dan kawan seperjalanan, Mey, yaitu mengendarai sepeda motor dari Bandung menuju Pemancar, yang merupakan titik awal pendakian. Bagaimana tidak menjadi berupa tantangan? Jupiter MX milik Mey dipaksa untuk akrab dengan gigi-1 dari gerbang Perkebunan Teh Dayeuhmanggung sampai pemancar. Jalan yang rusak berkelok-kelok dan menanjak dengan selingan turunan tajam sungguh membuat badan pegal.
Sebenarnya saya ingin bercerita secara kronologis hanya saja ingatan saya begitu buruk untuk dituangkan menjadi semacam bentuk tulisan. Saya pun menyadari betul tingkat kemalasan saya untuk menulis pun belakangan sangat tinggi. Oleh karena itu, mumpung ada perjalanan yang bisa saya ceritakan saya akan coba bercerita mengenai perjalanan saya ke gunung cikuray dalam tiga kesempatan.

Kesempatan pertama saya waktu itu saya dapat di akhir bulan Maret 2012. Rencana awal saya berangkat dengan 4 orang teman saya: Munawar, Helmy, Fajar dan Fedri. Menjelang hari keberangkatan 4 orang teman saya mundur satu per satu. Bahkan pada malam hari sebelum berangkat hanya saya yang masih berniat menapaki gunung Cikuray ini. Hingga akhirnya lobi-lobi saya pada Munawar berhasil membuat Munawar, Helmy dan Fedri untuk berangkat menemani saya keesokan harinya. Fajar tetap tidak bisa ikut karena tugas kuliahnya.
Hari itu hari Jumat, kami berempat berangkat menuju Terminal Cicaheum untuk menumpang Elf jurusan Bandung-Garut. Sampai di Terminal Cicaheum, ternyata tas yang dibawa Fedri sobek sehingga kami mencari tukang jahit di depan terminal. Selesai menjahit kami menuju Garut. Dari rencana tiba di Garut sebelum Salat Jumat ternyata kami tiba setelah Salat Jumat selesai ini akibat dari Elf yang kami tumpangi banyak ngetem dan terjebak macet. Kami pun langsung mencari angkot jurusan ke Cilawu sesampainya di Terminal Guntur, Garut. Tak lama kami tiba di depan plang perkebunan Dayeuhmanggung.
Di depang plang tersebut, kami istirahat sejenak untuk makan siang dan nego dengan tukang ojek yang akan mengangkut kami ke Pemancar. Perjalanan ke Pemancar memakan waktu 45 menit, waktu yang cukup pula untuk menikmati indahnya pemandangan perkebunan teh. Sampai di Pemancar tidak terlalu lama kami berdiam, hanya lapor ke Kang Asep yang memang selalu melakukan pendataan para pendaki. Sebelum memasuki hutan kami salat Dzuhur dan Ashar di area perkebunan karena waktu kami mulai pendakian waktu sudah memasuki waktu Ashar.
Perjalanan dimulai ketika kami benar-benar masuk ke dalam hutan. Rencananya kami akan membangun camp di area Pos VI atau puncak bayangan. Tapi karena perjalanan kami terlalu sore dimulainya kami terpaksa berhenti di Pos V saat jam menunjuk pukul 19:00. Di sepanjang perjalanan kami pun tidak bertemu dengan pendaki lain yang mungkin sudah mulai mendaki dari pagi hari. Udara gunung cukup dingin karena angin yang berhembus. Beruntung hutan di pos V cukup rapat sehingga kami lebih terlindung dari angin. Hanya saja musuh kami yang sesungguhnya adalah tikus hutan yang cukup gesit dan pemberani untuk mencuri bahan makanan kami.
Perjalanan ke puncak pun dilanjutkan setelah salat Subuh. Sebenarnya cukup terlambat untuk sunrise attack tapi tidak apa-apa daripada tidak sampai puncak sama sekali. Tak butuh waktu lama sekitar pukul 7:00 kami sudah mencapai puncak. Di puncak kami menikmati alam gunung Cikuray yang mengagumkan. Turun sedikit ke arah Cikajang untuk mencari tempat kosong, kami kemudian memasak untuk brunch dan juga melihat beberapa kuntum bunga abadi, edelweiss. Juga saya menandai tempat di puncak ini dengan isi perut saya (hehe…). Setelah puas makan dan memandangi kami turun segera dari puncak ke arah kami pergi tadi. Kami menjadi tim terakhir yang tiba dan juga terakhir meninggalkan puncak.

Tim pada kesempatan pertama (ki-ka: Saya, Helmy, Munawar dan Fedri
Perjalanan turun memakan waktu yang cukup singkat meski ditengah-tengah perjalanan Fedri mulai terasa drop. Beruntung kami dapat melanjutkan perjalanan hingga Pemancar. Setibanya di Pemancar, tukang ojek yang kami pesan melalui SMS sudah menunggu. Langsung tak banyak istirahat kami turun ke depan plang perkebunan. Di sanalah kami beristirahat, di mushola dekat pangkalan ojek. Ada peristiwa lucu, hal ini dialami oleh Fedri. Ojek yang dia tumpangi patah perseneling giginya. Beruntung masuk ke gigi-1 sehingga masih bisa melaju. Padahal ojek tersebut sebelumnya juga mogok saat menanjak menuju pemancar. Selesai istirahat kami mecegat Elf jurusan Tasikmalaya-Bandung via Singaparna yang melewati jalan di depan pangkalan ojek. Sekitar menjelang Magrib kami sudah tiba di Bandung dengan selamat. (Bersambung ke Episode Dua)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar