Gunung Cikuray dari Puncak 2 Gunung Guntur |
Cikuray. Sebuah nama gunung yang
terletak di Garut, Jawa Barat. Dengan titik elevasi di angka 2.818 meter dari
permukaan laut, menjadikan gunung ini tertinggi nomor empat di dataran Jawa
Barat. Gunung ini memiliki beberapa jalur dari kaki bukit untuk menuju puncaknya,
tapi yang paling terkenal adalah 3 jalur utama: Dayeuhmanggung, Cikajang dan
Bayongbong. Jalur Dayeuhmanggung adalah jalur yang paling banyak dilalui oleh
pendaki karena lebih landai dan memiliki pemandangan yang indah. Dibanding
jalur Dayeuhmanggung, jalur Cikajang dan Bayongbong memiliki tingkat keterjalan
yang cukup menyulitkan.
Dari tiga kali kesempatan
mengunjungi gunung ini, saya menapaki perjalanan melalui Dayeuhmanggung. Di
kesempatan ketiga (8-9 Juni 2013) sebenarnya saya ingin mencoba jalur Cikajang
akan tetapi pesona perkebunan teh di jalur Dayeuhmanggung sungguh memikat. Tapi
pada kesempatan ini tambahan tantangan yang memacu adrenalin saya hadirkan bagi
diri saya dan kawan seperjalanan, Mey, yaitu mengendarai sepeda motor dari
Bandung menuju Pemancar, yang merupakan titik awal pendakian. Bagaimana tidak
menjadi berupa tantangan? Jupiter MX milik Mey dipaksa untuk akrab dengan
gigi-1 dari gerbang Perkebunan Teh Dayeuhmanggung sampai pemancar. Jalan yang
rusak berkelok-kelok dan menanjak dengan selingan turunan tajam sungguh membuat
badan pegal.
Sebenarnya saya ingin bercerita
secara kronologis hanya saja ingatan saya begitu buruk untuk dituangkan menjadi
semacam bentuk tulisan. Saya pun menyadari betul tingkat kemalasan saya untuk
menulis pun belakangan sangat tinggi. Oleh karena itu, mumpung ada perjalanan
yang bisa saya ceritakan saya akan coba bercerita mengenai perjalanan saya ke
gunung cikuray dalam tiga kesempatan.
Kesempatan pertama saya waktu itu
saya dapat di akhir bulan Maret 2012. Rencana awal saya berangkat dengan 4
orang teman saya: Munawar, Helmy, Fajar dan Fedri. Menjelang hari keberangkatan
4 orang teman saya mundur satu per satu. Bahkan pada malam hari sebelum
berangkat hanya saya yang masih berniat menapaki gunung Cikuray ini. Hingga
akhirnya lobi-lobi saya pada Munawar berhasil membuat Munawar, Helmy dan Fedri
untuk berangkat menemani saya keesokan harinya. Fajar tetap tidak bisa ikut
karena tugas kuliahnya.
Hari itu hari Jumat, kami
berempat berangkat menuju Terminal Cicaheum untuk menumpang Elf jurusan
Bandung-Garut. Sampai di Terminal Cicaheum, ternyata tas yang dibawa Fedri
sobek sehingga kami mencari tukang jahit di depan terminal. Selesai menjahit
kami menuju Garut. Dari rencana tiba di Garut sebelum Salat Jumat ternyata kami
tiba setelah Salat Jumat selesai ini akibat dari Elf yang kami tumpangi banyak
ngetem dan terjebak macet. Kami pun langsung mencari angkot jurusan ke Cilawu
sesampainya di Terminal Guntur, Garut. Tak lama kami tiba di depan plang
perkebunan Dayeuhmanggung.
Di depang plang tersebut, kami
istirahat sejenak untuk makan siang dan nego dengan tukang ojek yang akan
mengangkut kami ke Pemancar. Perjalanan ke Pemancar memakan waktu 45 menit,
waktu yang cukup pula untuk menikmati indahnya pemandangan perkebunan teh.
Sampai di Pemancar tidak terlalu lama kami berdiam, hanya lapor ke Kang Asep
yang memang selalu melakukan pendataan para pendaki. Sebelum memasuki hutan
kami salat Dzuhur dan Ashar di area perkebunan karena waktu kami mulai
pendakian waktu sudah memasuki waktu Ashar.
Perjalanan dimulai ketika kami
benar-benar masuk ke dalam hutan. Rencananya kami akan membangun camp di area Pos VI atau puncak
bayangan. Tapi karena perjalanan kami terlalu sore dimulainya kami terpaksa
berhenti di Pos V saat jam menunjuk pukul 19:00. Di sepanjang perjalanan kami
pun tidak bertemu dengan pendaki lain yang mungkin sudah mulai mendaki dari
pagi hari. Udara gunung cukup dingin karena angin yang berhembus. Beruntung
hutan di pos V cukup rapat sehingga kami lebih terlindung dari angin. Hanya
saja musuh kami yang sesungguhnya adalah tikus hutan yang cukup gesit dan
pemberani untuk mencuri bahan makanan kami.
Perjalanan ke puncak pun
dilanjutkan setelah salat Subuh. Sebenarnya cukup terlambat untuk sunrise attack tapi tidak apa-apa
daripada tidak sampai puncak sama sekali. Tak butuh waktu lama sekitar pukul
7:00 kami sudah mencapai puncak. Di puncak kami menikmati alam gunung Cikuray
yang mengagumkan. Turun sedikit ke arah Cikajang untuk mencari tempat kosong,
kami kemudian memasak untuk brunch dan
juga melihat beberapa kuntum bunga abadi, edelweiss. Juga saya menandai tempat
di puncak ini dengan isi perut saya (hehe…). Setelah puas makan dan memandangi
kami turun segera dari puncak ke arah kami pergi tadi. Kami menjadi tim
terakhir yang tiba dan juga terakhir meninggalkan puncak.
Tim pada kesempatan pertama (ki-ka: Saya, Helmy, Munawar dan Fedri |
Perjalanan turun memakan waktu
yang cukup singkat meski ditengah-tengah perjalanan Fedri mulai terasa drop. Beruntung kami dapat melanjutkan
perjalanan hingga Pemancar. Setibanya di Pemancar, tukang ojek yang kami pesan
melalui SMS sudah menunggu. Langsung tak banyak istirahat kami turun ke depan
plang perkebunan. Di sanalah kami beristirahat, di mushola dekat pangkalan
ojek. Ada peristiwa lucu, hal ini dialami oleh Fedri. Ojek yang dia tumpangi
patah perseneling giginya. Beruntung masuk ke gigi-1 sehingga masih bisa
melaju. Padahal ojek tersebut sebelumnya juga mogok saat menanjak menuju
pemancar. Selesai istirahat kami mecegat Elf jurusan Tasikmalaya-Bandung via
Singaparna yang melewati jalan di depan pangkalan ojek. Sekitar menjelang
Magrib kami sudah tiba di Bandung dengan selamat. (Bersambung ke Episode Dua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar