Selasa, 11 Juni 2013

Cikuray Dalam Tiga Episode (Episode Tiga)


Babak ketiga  dari cerita Cikuray baru saja terjadi akhir minggu lalu. Awalnya Pri yang berinisiatif mengajak teman-teman eks-Papandayan untuk nanjak bareng lagi. Semula rencananya akan diikuti 8 orang tapi pada pelaksanaannya hanya 5 orang yang jadi ikut. Sebenarnya perjalanan kali ini bisa disebut kurang persiapan walau pada akhirnya banyak makanan akibat mundurnya 3 orang tadi. Pri, Putri dan Deni berangkat dari Jakarta sedangkan saya dan Mey berangkat dari Bandung menggunakan sepeda motor.

Perjalanan bikeventure saya dan Mey dimulai dari rumah saya di daerah Sudirman, Bandung. Saya yang baru terlelap pukul 1:00 dini hari dipaksa bangun dan mandi pukul 2:00 akibat telepon dari Mey. Satu jam kemudian Mey tiba di rumah saya dan langsung kita berangkat menuju Garut. Perjalanan memakan waktu 2 jam sampai depan Plang Dayeuhmanggung. Kami beristirahat di sebuah mesjid tak jauh dari sana. Selesai salat dan sarapan kami mampir dulu ke Pasar Bojongloa untuk membeli bekal makan siang dan beberapa kebutuhan yang terlewat. Selesai itu kami langsung menuju portal pos satpam perkebunan untuk lapor.
Setiba di pos satpam ternyata banyak rombongan yang akan mendaki hari itu. Kami pun bergegas menuju Pemancar karena tim dari Jakarta sudah berada di sana. Perjalanan menggunakan sepeda motor menuju Pemancar adalah perjalanan yang cukup berat. Jalan berbatu yang rusak parah ditambah beban keril yang kami bawa membuat pegal-pegal badan kami. Apalagi di beberapa titik tanjakan sepeda motor yang kami tumpangi tidak mau naik. Alhasil saya harus turun dan membantu mendorong. Sampai pada tanjakan terakhir menuju Pemancar, kami terpaksa meninggalkan keril kami dan saya untuk menungguinya sedangkan Mey menyimpan motor di pos lapor Pemancar. Akhirnya kami berjalan menuju Pemancar, kemudian beristirahat sejenak sekaligus repacking kembali.
Pendakian dimulai pukul 9:00. PErjalanan kami ini cukup menyulitkan karena tanah yang cukup basah dan kabut yang menemani perjalanan kami. Dalam perjalanan kali ini Pri sepertinya tidak kuat menghadapi tanjakan-tanjakan Cikuray yang cukup menguras tenaga. Alhasil selepas Pos II beban kerilnya harus dibagi-bagi ke teman-teman yang lain. Saya dan Mey melaju paling depan berharap mendapat lapak untuk menggelar tenda mengingat banyaknya pendaki kemungkinan akan penuh. Menjelang Magrib saya dan Mey sudah berada di Pos VI. Karena lelah menunggu kami memutuskan mencari lahan lebih mendekat ke puncak juga dikarenakan Pos VI sudah cukup penuh.
Sampailah di Pos Bayangan Pohon Tumbang, saya memilih menunggu sedangkan Mey melanjutkan perjalanan. Sendirian di sana membuat saya agak bergidik juga mengingat senter yang saya bawa agak suram cahayanya. Tak lama Mey kembali tanpa membawa hasil disusul tim lain yang memberitahu bahwa tim Jakarta ada di Pos VI sudah menggelar tenda. Kami bergegas turun ke Pos VI. Setiba disana benar Deni sedang membuat parit. Kami yang sudah menggigil kedingin cepat-cepat memasang flysheet. Kemudian kami memasak makan malam. Selesai makan malam kami langsung tidur berdesakan berlima di tenda kapasitas 4 orang.
Subuhnya angin berhembus sangat kencang. Sempat ciut untuk muncak subuh itu tapi Mey memaksa untuk tetap naik. Saya, Mey dan Putri akhirnya naik ke Puncak. Deni dan Pri tinggal di tenda untuk masak sarapan pagi. Perjalanan ke Puncak memakan waktu 1 jam diselingi salat Subuh dan buang air besar Mey dan Putri. Terlambat sebenarnya kami menjemput matahari terbit saat kami tiba di Puncak. Hanya sebentar saja kami di Puncak, pukul 6:30 kami memutuskan turun kembali ke camp. Saya turun terlebih dulu dan 30 menit kemudian saya sudah tiba dan langsung membantu memasak. Tiga puluh menit dari saya tiba Putri dan Mey tiba juga. Kami kemudian bergegasa makan dan beres-beres berharap kami cepat turun mengingat tim Jakarta masih memiliki perjalanan cukup jauh menuju Jakarta dan saya dan Mey harus naik sepeda motor menuju Bandung.

Sama seperti naiknya, saya dan Mey berada di depan. Butuh waktu 2,5 jam untuk sampai Pemancar. Dan 1 jam lagi kami menunggu tim Jakarta. Ternyata keterlamabatan tim Jakarta akibat foto-foto di jalan dan juga Putri yang jatuh ke jurang yang tidak dalam karena melamun di jalan. Setelah tim Jakarta tiba, saya dan Mey langsung pamit. Perjalanan menuju Plang Dayeuhmanggung cukup berat seperti naik kemarinnya. Sampai di Garut kami mampir dulu ke Baso Mang Imu di daerah Ciledug, Garut. Basonya super pedas sampai rasa kantuk saya hilang. Perjalanan dilanjutkan disambut buka-tutup jalur di daerah Leles-Kadungora. Keindahan Lingkar Nagreg Baru pun jadi sebuah bonus di perjalanan kami kali ini. Akhirnya saya tiba di rumah menjelang adzan Isya. (Tamat) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar