Jumat, 26 Oktober 2012

Susah Tidur Malam

Entah sudah hari ke berapa saya seperti ini. Tidur lebih awal namun tetap terjaga di jam-jam segini. Seingat saya sebelum ada acara Capacity Building (CB) di Makopassus Cijantung dari 11-18 September 2012, jam tidur saya baik-baik saja. Ketika acara tersebut berlangsung pun jam tidur saya lebih teratur. Ketika CB, saya tidur sekitar pukul 22:30-23:30 dan terbangun pukul 02:30-03:30. Saya rasa cukup tidur 4-5 jam walau siang harinya saya merasa sangat mengantuk. Beruntung rundown acara CB cukup padat sehingga tidak membiarkan saya untuk tidur barang sejenak saja.
Ketika saya mulai merasa mengantuk, terlebih saat di Gedung Nanggala karena acaranya adalah ceramah, saya sering menyanyikan dan memperagakan yel-yel kompi saya dengan pelan-pelan. Cara ini cukup efektif memperlambat rasa kantuk saya datang. Lebih ekstrim lagi ketika menjelang hari-hari terakhir saya di Makopassus, saya melawan rasa kantuk di siang hari itu dengan memggunakan balsem otot. Ya balsem otot, balsem yang tidak akan menjadi dingin jika terkena tembok, lantai atau air. Cara ini luar biasa menyiksa saya, punggung saya terasa terbakar hebat. Pengen guling-guling. Balsem ini berhasil menahan saya tidak mengantuk sampai efek balsem hilang menjelang berakhirnya ceramah. Saat mulai mengantuk lagi, saya putuskan untuk mampir ke toilet untuk sekedar cuci muka atau menuruti panggilan alam untuk buang air.
Stop nostalgianya. Kembali ke topik awal, kesulitan tidur saya. Sehabis pulang dari Cijantung itu, saya tidur cukup pulas dalam 2 hari pertama sebelum saya benar-benar pulang ke Bandung. Justru di rumahlah saya kesulitan untuk tertidur di malam hari. Entah karena distraksi dari internet, "pekerjaan sambilan" saya sebagai detektif, efek dari keranjingan kopi atau memang bakat saya sebagai tukang ronda sejati di RT saya. Cape memang, saya juga ingin berhenti hidup seperti ini. Tidak sehat.
Nostalgia lagi. Awal  kesulitan tidur saya ini dimulai sekitar 4 tahun yang lalu saa Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang diwajibkan sekolah saya saat itu, SMK Negeri 1 Cimahi. Entah siapa yang waktu itu memasukan saya ke list pendaftar PKL di sebuah perusaahaan service handphone di Sunter, Jakarta Utara. Sebenarnya saya udah janji secara lisan untuk PKL di Cikarang, Bekasi di sebuah perusahaan yang memproduksi onderdil kendaraan bermotor. Saya tertarik PKL di sana karena jaminan kerjanya yang lebih baik. Tapi karena tidak enak dengan guru-guru saya yang sudah mengupayakan saya untuk PKL di Sunter dan juga keberangkatan PKL yang lebih cepat dari yang lain. 
PKL di Sunter ini ternyata menggunakan tiga shift bekerja: pagi, sore dan malam. Pagi dari pukul 08:00-16:00, sore dari pukul 16:00-00:00 dan malam dari 00:00-08:00. Awalnya saya biasa saja, jam tidur saya pun bisa ikut mengalir mengikuti shift yang saya dapat. Ramadhan 2008, shift mulai berubah menjadi pagi dan malam. Pagi dari pukul 08:30-18:00 dan malam 20:30-06:00. Dan apesnya saya dapet shift malam terus. Saya sudah hampir tidak pernah menikmati tidur malam lagi kecuali di hari libur. Malah kadang hari libur pun tetap demikian. Hal ini terus berlanjut hingga saat ini.
Sebenarnya salah saya juga saat itu. Saya keranjingan kopi. Terlalu banyak kopi yang saya teguk, bahkan sempat 5 gelas dalam satu hari. Efek kafein pada otak yang membuat saya tetap tersadar. Juga kesenangan saya mengobrol dengan teman-teman saya. Saya sering berdiskusi lama sekali dan terkadang dibarengi dengan main catur atau kartu. Sempat dulu itu saya tidak tidur selama 7 hari 7 malam. Saya baca di salah satu sumber, batas tahan manusia tidak tidur itu 10 hari 10 malam. Gila. Di usia yang masih cukup muda ini saya udah menforsir tubuh saya. Rusak. Kalau tidak percaya saya tidak tidur bisa tanya kepada saksi hidup teman kosan saya waktu itu Helmy, Fedri dan Munawar yang sering saya ajak main catur. Mereka tidak akan lupa karena pada waktu itu saya juga tidak mandi selama 1 minggu :hehe.
Keluar dari perusahaan tempat PKL saya itu, saya kembali ke Bandung. Di Bandung saya kira saya akan menemukan kembali ritme tidur saya tapi ternyata saya salah. Pola tidur saya masih sama. Saya cuma tidur sekitar 2-3 jam di pagi hari setiap harinya. Hal ini terus berlanjut hingga kuliah di STAN bahkan hingga sudah tamat kini. Entah apa yang harus saya lakukan untuk menghilangkan kebiasaan buruk saya ini.
Saya sering menemukan orang dengan bangganya mengupdate status atau membuat kicauan tentang insomnia atau nocturnal. Percaya pada saya, insomnia atau menjadi nocturnal itu tidak keren. Hanya merusak diri. Mirip dengan rokok atau narkoba. Saya saja ingin hidup dengan cara yang sehat. Saya masih ingin hidup sehat sampai saya tua nanti. Ah sudahlah saya udah mumet mau nulis apa lagi. Dadah.

2 komentar:

  1. saya sebenarnya ngantuk g ngantuk kalo jam 8 mulai berbaring matiin lampu dan pejamin mata, bisa tidur kok, ada sih yang agak lama baru terlelap tapi saya senang karena tidak insomnia

    paling kalo speaker radio sebelah yang mulai membahana membuat saya harus menutup telinga dengan headset supaya bisa tertidur :)

    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya radio atau musik, kadang jadi jalan keluar untuk bisa tidur. lagu-lagu yang random keluar dari speaker sering kali ampuh untuk meninabobokan. akhir-akhir ini saya juga sering mendengarkan musik agar cepat tertidur.

      salam kenal juga :)

      Hapus